Komisi V DPR Aceh dan Sekda Aceh Bustami melakukan sidak ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Dalam sidak diketahui, dokter yang bertugas di beberapa poli tidak memiliki jadwal jelas sehingga menyebabkan pasien antre berlama-lama.
Pantauan detikSumut, rombongan Komisi V serta Pemerintah Aceh tiba di RSUZA sekitar pukul 10.30 WIB, Kamis (8/6/2023). Rombongan sempat menemui sejumlah pasien yang sedang berada di poli.
Rombongan yang dipimpin Ketua Komisi V M Rizal Falevi Kirani masuk ke ruangan poli bedah untuk mengecek jadwal dokter. Namun petugas di sana tidak dapat memberikan jadwal dokter yang diminta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas mengaku ada dokter yang seharusnya bertugas di poli bedah namun sedang di tempat lain. Selain itu, ada juga dokter diganti dengan dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
"Siapa saja yang masuk hari ini dan mana jadwalnya. Jadwal yang ada jamnya misalnya dokter bertugas dari jam berapa ke jam berapa?," tanya Falevi.
Petugas tampak terdiam saat Sekda Bustami juga meminta data serupa. Bustami meminta pelayanan dan administrasi di bagian tersebut diperbaiki.
Setelah itu, rombongan mengunjungi dua poli lain. Namun di sana juga ditemukan hal yang sama. Selain itu, rombongan juga melihat antrean di instalasi farmasi.
Di sana, banyak keluarga pasien mengantre namun petugas hanya ada di tiga loket dari enam loket tersedia. Bahkan ada warga yang mengaku sudah mengantre sekitar satu jam.
Selain itu, juga ditemukan ruang rusak yang belum diperbaiki di ruangan VVIP. Rombongan juga melihat lift di rumah sakit tidak berfungsi.
"Temuan kita dokter yang hadir paling 10 persen. 5 yang bertugas 1 yang hadir kemudian tidak punya jadwal. Nah ini kan bukan kesalahan dokter tapi manajemen, manajemen harus punya skema dalam hal itu. Ini kenapa orang antre karena tidak ada dokter," kata Falevi kepada wartawan.
Dia meminta pihak RSUZA memperbaiki manajemen dan pelayanan sehingga masyarakat terlayani. Dia berharap, rumah sakit Pemerintah Aceh itu dapat lebih baik ke depannya.
"Ini kita harapkan ada perbaikan komprehensif di rumah sakit. Kita inginnya manajemen betul-betul mengelola RS bukan mengelola proyek," jelas Falevi.
(agse/dhm)