Jemaah Haji Aceh Terima Dana Wakaf Baitul Asyi di Mekah Rp 5,9 Juta

Aceh

Jemaah Haji Aceh Terima Dana Wakaf Baitul Asyi di Mekah Rp 5,9 Juta

Agus Setyadi - detikSumut
Rabu, 07 Jun 2023 16:11 WIB
Pembagian dana wakaf Baitul Asyi.
Ilustrasi pembagian dana wakaf baitul asyi. (Foto: Istimewa)
Banda Aceh -

Jemaah haji asal Aceh menerima dana wakaf Baitul Asyi di Mekah, Arab Saudi. Jemaah wajib memperlihatkan kartu yang dibagikan di Asrama Haji Embarkasi Aceh untuk mengambil uang itu.

"Besaran dana yang diterima masing-masing 1.500 riyal atau sekitar Rp 5,9 juta," kata Petugas Haji Daerah kloter 01-BTJ, Umar Rafsanjani kepada wartawan, Rabu (7/6/2023).

Pembagian dana wakaf dibagikan per kloter. Jemaah BTJ-01 yang pertama mendapatkan duit yang dibagikan di kantor wakaf Baitul Asyi di Aziziyah, Mekah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Aceh, Azhari mengatakan, pembagian dana tersebut dilakukan di hari berbeda. Seluruh jemaah ber-KTP Aceh akan menerima dana tersebut.

"Alhamdulillah, pembagian uang wakaf Habib Bugak Asyi tahun ini masih sama dengan tahun lalu yaitu 1.500 riyal per jemaah. Sementara tahun 2019 lalu masing-masing jemaah haji Aceh menerima 1.200 riyal," jelas Azhari.

ADVERTISEMENT

"Pemberian dana wakaf bagi jemaah haji Aceh ini sudah dilakukan sejak 16 tahun lalu. Kita berharap, dana ini dapat dimanfaatkan para jemaah dengan sebaik-baiknya," lanjut Azhari.

Tentang Wakaf Baitul Asyi

Ikrar wakaf yang dilakukan Habib Bugak Al Asyi dua abad yang lalu, hasilnya masih bisa dinikmati oleh jemaah haji asal Aceh sampai saat ini. Berawal dari inisiatif Habib Bugak bahkan sejak dia belum berangkat ke Tanah Suci.

Awal mula cerita ini terjadi pada tahun 1800-an. Habib Bugak yang saat itu masih berada di Aceh, sudah memiliki gagasan untuk mengumpulkan uang, guna membeli tanah di Mekah untuk diwakafkan kepada jemaah haji.

"Selain dari dana yang dimilikinya sendiri, Habib Bugak menjadi inisiator pengumpulan dana dari masyarakat Aceh saat itu," ujar petugas Wakaf Baitul Asyi, Jamaluddin Affan, Kamis (7/8/2018) seperti dikutip dari detikNews.

Pada masa lalu perjalanan haji dilakukan menggunakan kapal laut, yang memakan waktu berbulan-bulan bahkan sampai tahunan. Tak sedikit pula jemaah haji yang kemudian menetap di Arab Saudi.

"Saat itu bahkan belum ada Kerajaan Arab Saudi seperti sekarang ini. Belum ada Indonesia. Di Mekah sini masih dikuasai oleh Turki Ustmani," kata Jamal.

Ketika Habib Bugak berangkat ke Tanah Suci, dia sudah membawa bekal dana untuk wakaf. Dan begitu sampai, niatan wakaf itu direalisasikannya. Dia membeli tanah yang lokasinya kala itu persis di samping Masjidil Haram.

Di atas tanah itu didirikan penginapan untuk menampung jemaah asal Aceh. Jemaah tak lagi bingung mencari tempat tinggal selama berada di Mekah.

"Ketika Turki pergi, pemerintahan berganti. Pemerintah kala itu kemudian melakukan penataan, perapian administrasi. Setiap tanah termasuk tanah wakaf harus ada penanggungjawabnya. Harus ada satu nama yang bertanggung jawab," ujar Jamal.

Baca selengkapnya di halaman berikut...

Para tokoh yang ikut menyumbang dana untuk tanah wakaf itu kemudian bersepakat agar Habib Bugak menjadi penanggung jawab dari tanah itu. Habib Bugak sempat menolak.

"Habib Bugak sempat menolak karena dia tidak ingin ketika namanya digunakan sebagai penanggungjawab wakaf, dana tersebut akan diambil keluarganya. Habib Bugak murni ingin agar tanah wakaf itu digunakan untuk kepentingan jemaah Aceh," kata Jamal.

Akhirnya di depan mahkamah pencatatan wakaf, dimasukkanlah syarat mengenai penggunaan tanah wakaf itu maupun hasil uang dari pengelolaannya. Habib Bugak -- yang akhirnya setuju namanya dipakai sebagai penanggung jawab -- dalam ikrarnya menyatakan bahwa wakaf itu hanya diperuntukkan kepada jemaah asal Aceh.

"Jadi syarat itu mengikat, hanya untuk jemaah haji asal Aceh. Baik mereka yang sudah menjadi warga negara di Saudi maupun yang statusnya mukimin," tutur Jamal.

Lalu saat Masjidil Haram diperluas, tanah wakaf ini kena dampaknya. Oleh nadzir (pengelola) wakaf, uang ganti rugi digunakan membeli dua bidang tanah di kawasan yang berjarak 500-an meter dari Masjidil Haram. Tanah itu dibangun hotel oleh pengusaha dengan sistem bagi hasil. Dari situ lah, 'bonus' untuk jemaah Aceh mengalir tiap musim haji.

Petugas nadzir wakaf Syaikh Abdulatif yang kini bertanggung jawab dalam pembagian uang mengatakan, dulu tanah wakaf hanya jadi tempat penginapan sederhana. Kini sudah jadi hotel. Jadi, keuntungan bisa dibagikan ke jemaah Aceh.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Memasang Anyaman Daun Kelapa di Gapura Desa Gampong Nusa Aceh "
[Gambas:Video 20detik]
(agse/dhm)


Hide Ads