Pondok pesantren Al Zaytun Indramayu menjadi sorotan karena jemaah wanita dan pria bercampur dalam satu saf. Ponpes itu didirikan Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang atau Panji Gumilang.
Lantas siapa Panji Gumilang, sosok yang dikenal kontroversi. Berikut profil singkatnya seperti dilansir dari detikJabar.
Biodata
- Nama : Panji Gumilang
- T.T.L: Gresik, 30 Juli 1946
- Lulusan: Ponpes Modren Gontor 1966
Panji melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil Fakultas Adab Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam. Kemudian tahun 2004, Panji Gumilang dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa bidang Management, Education and Human Resources oleh IMCA (International Management Centres Association).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penelitian pendidikan Islam Tabroni Roni (2019), Panji menerapkan Sistem Pendidikan Satu Pipa (One Pipe Education System), yakni sebuah sistem pendidikan formal yang tidak terputus dari tingkat dasar hingga tinggi.
Nama Panji Gumilang sempat beberapa kali menuai kontroversi. Tercatat dia sempat dikaitkan sebagai Imam Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) 9 pada 2011 lalu. Namun, Panji yang menjadi pimpinan Ponpes Al-Zaytun ini dengan tegas membantah dirinya sebagai Abu Toto, seperti apa yang disebut sebagai petinggi NII KW 9.
Menteri Agama saat itu Suryadharma Ali bahkan sampai datang ke Ponpes Al-Zaytun untuk menemui Panji Gumilang. Dilansir dari situs kemenag.go.id, pada Rabu 11 Mei 2011, Suryadharma Ali mendatangi Ponpes Al-Zaytun dan disambut langsung oleh Panji Gumilang.
Selain itu dia juga sempat terjerat kasus pemalsuan dokumen Yayasan Al-Zaytun. detikNews memberitakan jika kasus ini kemudian ditangani langsung oleh Bareskrim Mabes Polri. Kasus ini pun bergulir hingga ke meja hijau. Di pengadilan, Panji divonis 10 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Indramayu pada Mei 2012.
Ponpes Al-Zaytun Ekslusif
Ketua MUI Indramayu KH Satori menyebut menyebut ponpes Al-Zaytun eksklusif dan tidak bisa diintervensi.
"Memang Al-Zaytun itu kan pesantren di Indramayu, eksklusif kita tidak bisa intervensi apa-apa dan kalaupun kita tidak suka juga susah," ujar KH Satori.
Dia menyebut intervensi dari pemerintah juga terkadang tidak ditanggapi ponpes tersebut.
"Levelnya nasional pun kadang tidak ditanggapin gitu," tuturnya.
Menurut dia warga Indramayu tidak pernah bangga dengan keberadaan Ponpes Al-Zaytun. MUI Indramayu juga dinilainya tidak bisa melakukan banyak hal.
"Jadi terkait dengan itu, ya kami tidak bisa mengintervensi sebab walaupun berada di Indramayu, masyarakat Indramayu tidak pernah bangga adanya Al-Zaytun di Indramayu gitu. Sebab lagi-lagi ya eksklusif segala sesuatunya tidak mau dicampuri dan tidak ada seseorang pun yang bisa mempengaruhi," jelasnya.
Artikel ini sudah tayang di detikJabar.
(astj/astj)