2 April Hari Peduli Autisme Sedunia: Sejarah hingga Temanya

2 April Hari Peduli Autisme Sedunia: Sejarah hingga Temanya

Felicia Gisela Sihite - detikSumut
Sabtu, 01 Apr 2023 19:21 WIB
Pihak PBB telah mengumumkan tema peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia 2023 yang jatuh pada tanggal 2 April. Simak sejarah Hari Peduli Autisme Sedunia.
Ilustrasi. (Foto: detikcom/Thinkstock)
Medan -

Pada umumnya, autisme dimulai sejak masa kanak-kanak hingga bertahan seumur hidup. Autisme sendiri meliputi segala gangguan dalam interaksi sosial, perkembangan bahasa dan keterampilan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal.

Sebagai bentuk dukungan terhadap para penyandang autisme, setiap tahunnya diperingati Hari Peduli Autisme Sedunia pada 2 April. Berikut detikSumut rangkumkan peringatan dan tema Hari Peduli Autisme 2023, serta gejala, penyebab dan cara menghadapinya.

Peringatan Hari Peduli Autisme Sedunia

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati setiap tanggal 2 April. Awalnya diusulkan perwakilan negara Qatar, kemudian disetujui oleh PBB. Peringatan tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gangguan autisme.

Hari Peduli Autisme Sedunia 2023 akan diselenggarakan secara virtual pada Minggu, 2 April 2023 oleh Departemen Komunikasi Global serta Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, bekerja sama dengan Institute of Neurodiversity (ION).

ADVERTISEMENT

Tema Hari Peduli Autisme Sedunia 2 April 2023

Dilansir dari situs United Nations, Hari Peduli Autisme Sedunia 2 April 2023 mengangkat tema 'Transformation: Toward a Neuro-Inclusive World for All'. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan besar dibuat dalam meningkatkan kesadaran dan penerimaan autisme.

Banyak pendukung telah bekerja keras membawa pengalaman hidup penyandang autisme ke dunia yang lebih luas. Tenaga ahli di banyak negara juga kini menggabungkan paradigma keanekaragaman saraf oleh sosiolog Judy Singer dalam pekerjaan mereka.

Kenali Gejala Autisme

Dilansir dari laman resmi Kemenpppa, sebagian kecil penyandang autisme sempat berkembang normal tetapi terhenti sebelum mencapai usia 3 tahun. Hal tersebut menyebabkan kemunduran secara bertahap dengan gejala-gejala berikut.

  • Gangguan komunikasi verbal maupun non-verbal, seperti terlambat dalam berbicara dan cenderung banyak meniru.
  • Gangguan interaksi sosial, seperti tidak menoleh jika dipanggil dan menjauh saat diajak bermain. Penyandang autisme sibuk dengan dunianya sendiri.
  • Gangguan berperilaku, seperti adanya perilaku berlebihan dan kekurangan secara motorik.
  • Gangguan emosi, seperti memiliki rasa empati yang kurang, kerap tertawa sendiri dan cukup sering mengamuk.
  • Gangguan persepsi sensoris, seperti mencium atau menjilat benda apa saja, tidak suka disentuh atau diraba dan langsung menutup telinga jika mendengar suara keras.

Penyebab Autisme Terjadi

Dikutip dari situs HIMAPSI Universitas Yogyakarta, beberapa ahli menyatatakan peningkatan risiko autisme terjadi karena beberapa faktor.

  • Adanya faktor keturunan keluarga dari saudara kandung sehingga memungkinkan seorang anak mengalami autisme.
  • Pengaruh lingkungan berupa penyakit epidemis seperti, rubella dan cytomegalovirus yang dapat meningkatkan risiko autisme pada kandungan.
  • Struktur dan fungsi otak yang abnormal, terjadi pada bagian amygdala dan nucleus accumbens yang berpengaruh terhadap respons sosial dan emosional seseorang.

Cara Menghadapi Penyandang Autisme

Dikutip dari situs resmi Pemkot Cimahi, menghadapi penyandang autisme tidak mudah karena dibutuhkannya kesabaran lebih. Lantas, bagaimana jika detikers diberi kepercayaan mengurus penyandang autisme? Simak langkah-langkahnya, ya, detikers.

  • Peka dan menerima kondisi penyandang autisme
  • Jangan mudah putus asa atau menyerah
  • Menghargai perilaku baik penyandang autisme
  • Menggunakan cara nonverbal untuk berkomunikasi
  • Kreatif dalam merancang terapi pribadi

Demikian peringatan dan tema Hari Peduli Autisme 2023 yang diperingati tiap 2 April, serta gejala, penyebab dan cara menghadapinya. Semoga bermanfaat, ya, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Felicia Gisela Sihite, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dhm/dhm)


Hide Ads