Sejumlah senjata yang dipasok Amerika Serikat (AS) dan NATO dilaporkan direbut oleh militer Rusia. Senjata-senjata itu disebut akan ditiru.
Dilansir dari detikNews, Minggu (12/3/2023), AS meyakini Rusia akan meniru teknologi dalam senjata itu dengan bantuan Iran. Sebab, senjata yang telah direbut itu dikirim Rusia ke Iran.
Selama setahun terakhir, seperti dilansir detikNews dari CNN, AS bersama NATO dan negara Barat lainnya telah melihat beberapa contoh pasukan Rusia merebut senjata lebih kecil dan ditembakkan dari bahu, seperti sistem antitank Javelin dan sistem antipesawat Stinger yang kadang-kadang terpaksa ditinggalkan oleh pasukan Ukraina di medan pertempuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam banyak kasus, Rusia kemudian menerbangkan senjata dan peralatan militer pasokan AS itu ke Iran, untuk selanjutnya dibongkar dan dianalisis agar Teheran bisa membuat senjata serupa versi mereka sendiri.
Rusia meyakini bahwa terus memberikan persenjataan Barat yang direbutnya kepada Iran akan mendorong Teheran untuk mempertahankan dukungannya bagi perang Rusia di Ukraina.
Namun demikian, lanjut para sumber itu, para pejabat AS tidak meyakini bahwa persoalan semacam itu telah meluas atau sistematis di Ukraina.
Disebutkan juga bahwa sejak awal, pasukan Ukraina memiliki kebiasaan untuk melaporkan kepada Pentagon soal persenjataan atau peralatan militer pasokan AS yang jatuh ke tangan pasukan Rusia. Tapi tetap saja, para pejabat AS mengakui persoalan semacam itu sulit untuk dilacak.
Tidak diketahui secara jelas apakah Iran telah berhasil membongkar dan menganalisis, atau yang disebut sebagai rekayasa balik atau 'reverse-enginered', persenjataan AS yang direbut di Ukraina.
Namun di masa lalu, Teheran terbukti sangat mahir dalam mengembangkan sistem persenjataan yang didasarkan pada peralatan militer AS yang berhasil direbutnya.
Diketahui bahwa senjata utama dalam pasokan Iran, yakni rudal antitank Toophan, merupakan produk rekayasa balik dari rudal BGM-71 TOW buatan AS tahun 1970-an. Teheran juga menembak jatuh sebuah drone buatan AS tahun 2011, tepatnya drone RQ-170 Sentinel buatan Lockheed Martin, dan melakukan rekayasa balik terhadapnya untuk menciptakan drone baru yang terbang ke wilayah udara Israel tahun 2018 sebelum akhirnya ditembak jatuh.
Belum ada tanggapan resmi dari AS juga Rusia dan Iran atas laporan ini.
(dpw/dpw)