Rabu Abu artinya apa dalam agama Katolik? Istilah tersebut memang kerap muncul sebelum perayaan Paskah berlangsung.
Biasanya, Rabu Abu pertanda sebagai hari pertama dalam menyambut Pra-Paskah. Nantinya, Rabu Abu akan dijalankan selama 40 hari ke depan sebelum Paskah atau Jumat Agung.
Lantas apakah detikers tahu penjelasan lengkap terkait Rabu Abu? Berikut detikSumut hadirkan faktanya!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Rabu Abu?
Melansir dari laman Diskominfo Sanggau, Rabu Abu merupakan hari pertama masa pra-Paskah dalam liturgi tahun Gereja.
Orang yang menerima Rabu Abu akan ditandai dengan abu di dahi ataupun di kepala. Simbol tersebut merupakan tanda pertobatan. Selain menjadi pengingat masa pra-Paskah, Rabu Abu juga merupakan hari pertama memasuki masa puasa dan berpantang.
Rabu Abu dikaitkan sebagai lambang kesedihan. Sebab manusia telah berbuat dosa.
Saat imam mengoleskan abu ke dahi seseorang, dia mengucapkan kata-kata,"Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan kamu akan kembali menjadi debu."
Dalam nubuatan Yoel menyampaikan kepada kita undangan Allah untuk kembali kepadaNya "Sekarang juga, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."(Yoel 2:12).
Praktik Rabu Abu
Melansir laman resmi Persatuan Gereja Indonesia, pelaksanaan Rabu Abu kadang tak lepas dari daun palma yang telah diberkati di hari Minggu Palma pada tahun sebelumnya yang dibakar. Abu dari daun palma tersebut nantinya akan dioleskan di dahi ataupun di kepala yang berbentuk tanda salib.
Orang yang telah dioleskan abu daun palma boleh membasuh bekas olesan tersebut pada hari itu. Namun, abu yang dioleskan juga boleh dibasuh setelah Misa.
Sejarah Peringatan Rabu Abu
Berdasarkan situs Persatuan Gereja Indonesia, kebaktian Rabu Abu telah lama menjadi bagian dari Liturgi Gerejawi. Rabu menurut Liturgi Gereja adalah awal masa Prapaskah di mana umat melakukan pertobatan.
Penggunaan abu dalam liturgi berasal dari jaman Perjanjian Lama. Saat abad kelima sebelum masehi, sesudah Yunus menyerukan agar orang berbalik kepada Tuhan dan bertobat, Kota Niniwe menyerukan puasa dan mengenakan kain kabung. Raja pun menyelubungi diri dengan kain kabung lalu duduk di atas abu.
Yesus juga menyinggung soal penggunaan abu kepada kota-kota yang menolak untuk bertobat dari dosa-dosa mereka. Setelah itu, Gereja Perdana mewariskan penggunaan abu untuk alasan simbolik yang sama.
Dalam abad pertengahan, gereja telah menggunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah. Arti dari Rabu Abu bagi umat Katolik sebagai pengingat akan ketidakabadian dan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Umat Katolik yang menyesali dosa-dosanya menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung.
Demikian penjelasan terkait Rabu Abu. Selamat berpantang dan berpuasa bagi detikers yang menjalankannya!
(nkm/nkm)