Akses Transportasi Tak Memadai Jadi Kendala Majukan Pariwisata Pulo Aceh

Aceh

Akses Transportasi Tak Memadai Jadi Kendala Majukan Pariwisata Pulo Aceh

Agus Setyadi - detikSumut
Rabu, 15 Feb 2023 09:10 WIB
Salah satu kapal menuju Pulo Aceh (Agus Setyadi/detikSumut)
Salah satu kapal menuju Pulo Aceh (Agus Setyadi/detikSumut)
Banda Aceh -

Akses menuju Pulo Breueh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar umumnya masih menggunakan kapal nelayan. Kapal feri yang berlayar ke pulau terluar itu disebut tidak memiliki jadwal pasti.

Pantauan detikSumut, untuk menuju ke Pulau Breueh dapat ditempuh dengan kapal nelayan dari pelabuhan lama Ulee Lheue atau Lampulo, Banda Aceh. Kapal itu membawa penumpang serta berbagai barang termasuk motor.

Perjalanan ke Pulau Breueh ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Bila cuaca bagus, kapal berlayar dengan tenang. Namun jika sedang cuaca buruk, perjalanan tergolong menantang maut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kapal itu tidak tersedia pelampung. Akses transportasi menggunakan kapal nelayan itu dipakai warga 12 desa di Pulau Breueh karena tidak ada pilihan lain.

"Akses transportasi ke Pulau Breueh sementara masih kurang memadai, kapal waktu berangkat ke sini tidak sampai setengah jam berlabuh sudah balik lagi ke Banda Aceh," kata Ketua Forum Keuchik (kepala desa) Pulo Aceh Tarmizi kepada detikSumut, Rabu (15/2/2023).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, kapal feri yang berlayar ke sana selama Januari hanya empat kali. Keberadaan kapal feri disebut sangat memudahkan warga untuk membawa hasil alam ke Banda Aceh.

Selain itu, ongkos kapal feri lebih murah dibanding bepergian menggunakan kapal nelayan. Untuk feri, biayanya yakni Rp 27 ribu/penumpang serta Rp 25.500 untuk sepeda motor.

"Kalau naik boat itu ongkos penumpang Rp 30 ribu/orang, motor Rp 25 ribu, tambah ongkos buruh di sini untuk menaikkan motor ke kapal Rp 25 ribu dan ongkos buruh buat nurunin motor di Banda Aceh Rp 25 ribu," jelas Keuchik Desa Gugop, Pulau Breueh itu.

Warga membawa motor dari pulau ke Banda Aceh pulang pergi harus merogoh kocek Rp 150 ribu. Menurutnya, kapal nelayan berangkat membawa penumpang dari Pulau Breueh sekitar pukul 08.00 WIB pagi dan dari Banda Aceh sekitar pukul 14.00 WIB.

"Harapan kami ke depannya bisa rutin ada kapal feri. Biar nanti kalau ada tamu yang datang ke sini bisa datang pagi pulang sore seperti di Sabang," ujarnya.

"Permasalahan utama di sini adalah transportasi dan pelabuhan yang belum memadai," lanjutnya.

Masyarakat desa Gugop sempat menyampaikan keluhan masalah transportasi itu ke Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Almuniza Kamal. Warga di sana mengaku kesulitan membangkitkan pariwisata karena terkendala akses transportasi yang belum memadai.

Almuniza mengatakan, dirinya akan berkoordinasi dengan lembaga terkait untuk membuat akses ke Pulau Breueh sesuai harapan masyarakat. Menurutnya, akses transportasi menjadi salah satu hal utama untuk memajukan pariwisata di daerah tersebut.

"Yang utama adalah akses dari Banda Aceh ke Pulau Breueh. Itu yang butuh effort dan kerja keras kita semua," ujar Almuniza.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads