Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang jatuh pada tanggal 14 Februari. Hari ini terasa spesial bagi pasangan muda-mudi untuk berbagi kasih sayang; ada dalam bentuk cokelat atau bunga.
Lantas, bagaimana pandangan Kristen soal perayaan Valentine?
Pendeta Kasdi Kho pernah menuliskan risalah tersebut di majalah Talenta GKI Harapan Indah yang terbit pada Februari 2013 dengan judul, "Pandangan dan Sikap Iman Kristen terhadap Valentine Day."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam tulisannya menjelaskan secara umum Valentine dilekatkan pada sosok bernama Santo Valentinus. Santo ini pun dianggap kemungkinan merujuk pada salah satu dari tiga martir, yakni seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna dan seorang martir di Provinsi Romawi Afrika.
Akan tetapi, menurutnya ketiga martir tersebut tidak jelas apakah memang memiliki koneksi dengan hari Valentine. Dia menjelaskan bahwa kekristenan pada dasarnya tidak mengakui hari Valentine sebagai hari raya umat Kristen. Sebab, tidak berkaitan langsung dengan pengajaran di Alkitab.
Meski begitu, versi paling popular Santo Valentinus diceritakan merupakan seorang biarawan Katolik yang hidup di abad ketiga masa Kaisar Claudius II. Karena Valentine. Ia dianggap menentang peraturan yang melarang pemuda Romawi untuk menjalin asmara.
Kala itu, ada pandangan bahwa jika sang pemuda pacaran atau menikah maka akan berdampak buruk bagi mentalitasnya sebagai prajurit yang akan dikirim ke medan perang.
Padahal kekaisaran kala itu sangat membutuhkan prajurit untuk melawan musuh Romawi yang sangat banyak. Dalam situasi itu, Valentinus menentang aturan Kaisar karena lebih takut kepada Tuhan.
Alhasil, ia tetap memberi sakramen pernikahan kepada para pasangan walau sifatnya rahasia dalam kapel kecil yang hanya diterangi lilin. Pada suatu malam, Valentinus ditangkap saat sedang memberikan sakramen dan berujung divonis mati.
Menurut Pendeta Kasdi kisah tersebut masih diragukan keabsahannya. Kendati begitu, ada nilai yang yang dapat dipetik ialah iman dari Valentinus.
Di dalam suasana perayaan hari Valentine atau kasih sayang, ia mengingatkan bahwa kasih Kristus lebih universal yang setiap waktunya hadir.
Ia menyampaikan bagaimana Kristus dengan kasihnya sampai rela mati agar memulihkan relasi antara Allah dan manusia hingga mendapati kehidupan yang kekal.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah menganuriakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal," (Yohanes 3 : 16).
Demikian, ia menganjurkan momen perayaan hari Valentine dimanfaatkan untuk mengajarkan dan menanamkan nilai Alkitab tentang kasih yang sejati.
Bukan sekedar dengan memberi cokelat atau bunga, kasih Kristus ialah kasih yang berkorban untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sehingga tidak ada alasan manusia untuk tidak mengasihi sesama.
(dpw/dpw)