Kepala Balai Konservasi Sumber Dalam Alam (BKSDA) Sumatra Barat, Ardi Andono mengatakan, sembilan konflik buaya dengan manusia itu terjadi di sejumlah wilayah di Sumbar.
"Konflik tersebar di Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Pasaman dan Pasaman Barat. Dua orang meninggal dunia, satu luka," kata Ardi kepada wartawan, Rabu (1/3/2023).
Ia merinci sembilan konflik buaya tersebut adalah di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman, Korong Pasir Baru Nagari Pilubang Kec Sungai Limau Kab Padang Pariaman, Nagari Sungai Buluh Utara Kabupaten Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, Nagari Sungai Buluh selatan kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Nagari Lubuk Pandan, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman.
Lalu, konflik juga terjadi diSungai Batang Lampah Kampung Maringging Jorong Bungo Tanjuang, Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman dan Nagari katiagan, Kabupaten Pasaman Barat. Kemudian, di Nagari Sungai Liku Pelangai Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, dan Nagari Campago Selatan, Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman.
Ardi menjelaskan konflik buaya ini berkaitan dengan masa kawin satwa tersebut. Untuk mengantisipasi adanya korban, Ardi mengimbau warga yang hidup berdekatan dengan habitat buaya supaya meningkatkan kewaspadaan.
"Waspada, terutama jika menggunakan perahu di sungai atau muara sungai yang berisi ikan, kerang atau udang. Jika bertemu langsung dengan buaya agar menghindari sisi depan dan bergeraklah ke arah samping atau belakang. Dan jika bertemu telur ataupun anak buaya, segera menjauh, karena di sekitar situ pasti ada induknya yang siap menyerang," tambah Ardi lagi.
(dpw/dpw)