Sebuah unggahan video di sosial media viral memperlihatkan seorang warga melakukan penghadangan terhadap sopir truk yang dinarasikan sebagai aksi premanisme di Asahan.
Aksi tersebut terjadi di Desa Bahung Sibatu, Kecamatan Sei Dadap, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (Sumut). Kepala desa setempat pun memberikan penjelasan terhadap video yang viral tersebut.
Pada video yang dilihat detikSumut, Selasa (10/1/2023), seorang pria tampak berdiri di tengah jalan dan menghadang laju satu unit truk yang sedang melintas hingga sopir memberhentikan kendaraannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mundur, mundur," kata pria yang menghadang truk itu.
"Masalahnya apa, kami kan kerja," kata suara dalam video tersebut dari dalam truk.
Tak begitu jelas terdengar pembicaraan antara sopir truk dengan pria yang melakukan penghadangan itu hingga beberapa pria lain tampak ikut berkumpul di sekitar truk dan berusaha menenangkan pria yang berdiri di pinggir jalan itu.
Pria itu juga tak menjelaskankan kenapa ia menghadang laju truk itu hingga sopir turun dan kembali mempertanyakan apa maksud penghadangan yang dilakukannya.
"Iya masalahnya apa abang jelaskan dulu," kata sopir truk.
Namun, narasi postingan yang diunggah pada akun Facebook itu menuliskan kejadian tersebut merupakan aksi premanisme serta meminta aparat kepolisian untuk menindaknya.
"Mohon ditindak tegas BAPAK KAPOLDA SUMUT dan BAPAK KAPOLRES ASAHAN, diduga adanya tindakan premanisme di Kabupaten Asahan di Desa Bahung si Batu-batu yang melarang sopir dum truck mengambil membeli tanah urug galian C yang berada di Bahung Sibatu Batu sementara izin dari galian tersebut resmi dari kementerian. Bagaimana tindakannya ini Bapak?," tulis akun pengunggah video tersebut.
![]() |
Kepala Desa Bahung Sibatu Batu, Hasan Basri Sinurat saat dikonfirmasi detikSumut, membenarkan perihal video tersebut terjadi di jalan desanya dan dilakukan oleh warga setempat. Namun, dia menegaskan hal itu bukanlah aksi premanisme seperti yang diviralkan.
"Bukan itu bukan aksi premanisme. Ceritanya sebelumnya ada hal yang tak bisa dipenuhi pihak pengusaha ini sama masyarakat kita, padahal sebelumnya sudah ada perjanjian mereka di situ," kata Hasan Basri.
Truk yang melintas tersebut bermuatan galian tanah untuk proyek pembangunan jalan tol. Selama ini mereka beraktivitas melewati jalan desa itu dan menimbulkan dampak bagi masyarakat sekitar.
"Intinya masyarakat minta kompensasilah ke perusahaan ini, waktu itu dalam pertemuan sudah ada perjanjian meminta berhenti dulu aktivitasnya," kata Kades.
Terkait hal ini kata dia pihak desa berusaha memediasi kembali persoalan yang sudah terlanjur viral itu untuk mencari jalan tengah.
"Hari ini bikin pertemuan difasilitasi antara masyarakat dan perusahaan," katanya.
(nkm/nkm)