Dalam penanggalan 12 hari setelah Natal atau setiap tanggal 6 Januari, masyarakat Katolik dan Kristen biasanya memperingati hari ini sebagai Hari Epifani.
Selain Hari Epifani, terdapat sejumlah penyebutan lain seperti Hari Tiga Raja, Hari Raya Penampakan Tuhan, dan Theophany.
Secara filosofi, Hari Epifani adalah sebuah perenungan dalam kelanjutan kisah hidup Yesus setelah kelahiran. Kata epifani secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yang berarti mencolok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Epifani dalam perspektif Gereja Barat diperingati sebagai kedatangan orang-orang Majus dari Timur atau kadang kala disebut Tiga Raja. Tiga Raja tersebut adalah tokoh yang mengunjungi Yesus yang lahir dan sebagai perantara kebesaranNya sebagai Anak Allah bagi seluruh dunia.
Sedangkan dalam perspektif Gereja Timur, epifani diperingati untuk pembaptisan Yesus Kristus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Peristiwa itu kemudian sebagai penegasan Yesus Kristus memulai perjalananNya untuk menyelamat dunia sebagai Anak Allah.
Pada awal Kristenisasi, perayaan Hari Epifani dirayakan pada 6 Januari dengan memperingati empat momen sekaligus. Empat momen tersebut adalah kelahiran Yesus, kedatangan orang-orang majus, pembaptisan Tuhan, dan pernikahan di Kana.
Hingga abad kelima, tradisi tersebut masih tetap diterapkan pada Katolik Roma hingga Gereja Timur. Namun tradisi antara kelahiran Yesus dan Hari Raya Epifani dalam Konsili Tours pada tahun 567 dipisahkan oleh Gereja Barat.
Hingga pada 1955, Paus Pius ke duabelas memisahkan pembaptisan Tuhan dari Hari Raya Epifani. Peristiwa tersebut kemudian menyebabkan Hari Epifani dirayakan secara terpisah.
Diperingatinya Hari Epifani sebagai ritual sakral atas penampakan martabat ilahi Yesus sebagai Putera Allah dan Penebus dunia (KGK art. 528).
Perayaan tersebut juga menegaskan kepada umatNya agar merenungkan bahwa Allah berkenan menampakkan kemuliaanNya kepada manusia.
Selain itu manusia, yang dilambangkan orang-orang majus, menanggapi pewahyuan tersebut dengan penuh iman dan kasih.
(nkm/nkm)