Mengenal Mandok Hata, Resolusi Tahun Baru ala Masyarakat Batak

Mengenal Mandok Hata, Resolusi Tahun Baru ala Masyarakat Batak

Raja Malo Sinaga - detikSumut
Selasa, 03 Jan 2023 21:00 WIB
Ilustrasi resolusi tahun baru
Ilustrasi resolusi tahun baru (Foto: Shutterstock)
Medan -

Setiap awal tahun, orang - orang pada umumnya akan membuat resolusi yang diharapkan bisa dicapai pada tahun tersebut. Budaya membuat resolusi pada tahun baru ini juga melekat pada orang-orang Barat. Budaya ini memiliki stereotipe bahwa akhir tahun adalah waktu yang baik untuk melihat kehidupan selama setahun dan menetapkan janji pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik di awal tahun.

Rupanya budaya ini juga dijalankan oleh masyarakat suku Batak. Mereka juga punya tradisi untuk membuat resolusi tahunan, namanya Mandok hata. Secara harfiah, menurut Manesah (2019), mandok hata berbicara tidak hanya pada malam tahun baru, tetapi juga pada hampir setiap acara lainnya.

Terlepas dari hal tersebut, Mandok Tata pada konteks tahun baru adalah kegiatan atas rasa syukur, permohonan maaf atas apa yang telah dilalui selama setahun, dan pengungkapan harapan untuk menjadi lebih baik di tahun berikutnya

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap orang yang berkumpul dalam acara ini, menurut Muharrami (2021), harus berbicara dan karena tidak ada aturan yang ditetapkan mengenai batas waktu untuk berbicara, maka tidak mengherankan jika acara ini memakan waktu lama.

Pada awal perkembangannya, Mandok Hata dilakukan saat acara kumpul - kumpul keluarga yang biasanya dilakukan oleh saompu (keluarga besar mulai tetua hingga generasi yang paling muda). Namun karena perkembangan zaman dan keadaan, masyarakat suku Batak kini hanya mengadakan acara Mandok Hata bersama keluarga inti, baik di kampung halaman maupun di luar negeri (Kristina Roseven Nababan, 2022).

ADVERTISEMENT

Dalam pelaksanaannya, Mandok Hata ditujukan untuk langkah yang awal sekali untuk berharap menjadi lebih baik. Mandok Hata menjadi sakral bagi kebanyakan orang karena dalam pelaksanaannya terdapat penyampaian poda. Dalam bahasa Batak, Poda merujuk pada aforisme yang disampaikan orang tua kepada anak-anaknya.

Seperti dikutip dari artikel Kristina Roseven Nababan (2022), Mandok Hata juga satu media untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan. Sebanyak 192 responden menyatakan acara Mandok Hata dapat memperbaiki hubungan keluarga yang sebelumnya renggang.

Lebih lanjut, responden menyatakan tetap melakukan tradisi Mandok Hata karena dianggap baik dan bermanfaat (127 responden). Sedangkan 66 responden mengatakan Mandok Hata dilakukan lantaran arena kebiasaan keluarga secara turun temurun.

Sisanya, 12 responden melakukan Mandok Hata di akhir tahun lantaran imbauan gereja. Meski sebenarnya acara Mandok Hata telah ada sebelum ke-Kristen-an masuk ke Tanah Batak.

Hal tersebut disampaikan oleh budayawan dan penulis asal Humbang Hasudutan, Riduan Situmorang kepada detikSumut, Selasa (3/1/2022).

"Menurut saya, bahkan sebelum Kristen sudah ada. Karena orang batak suka ber-acara. Apalagi rantau jauh," katanya.

Namun Riduan Situmorang menambahkan adanya Kristen membuat Mandok Hata semakin berarti bagi masyarakat Batak.

"Namun, semakin kental di masa Kristen karena pada masa Kristen, tahun baru dan Natal berdekatan. Momen itu momen anak rantau kembali. Sebelum merantau, mereka diberangkatkan. Setelah kembali dan akan berangkat lagi, mereka Mandok Hata," sambungnya.

Sedangkan terkait adanya perbedaan Mandok Hata pra/pasca kekristenan masuk ke Tanah Batak, Riduan Situmorang tak bisa memastikan hal tersebut.

"Kalau menurut saya, dan sudah saya tanya ke tua-tua, jawaban mereka juga tak pasti. Namun, setelah Kristen, menurut saya, tradisi ini semakin utuh karena dibalut tradisi Batak sekaligus momen Natal dan tahun baru," tutup Riduan Situmorang.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads