Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh Almuniza Kamal masih ingat betul musibah tsunami 26 Desember 2004 silam. Dia menjadi salah satu korban dan selamat di atas kasur yang dipenuhi ular dan kalajengking.
Almuniza berkisah, pada Minggu pagi saat bencana dahsyat itu menerjang, dia hendak menjenguk temannya yang sedang sakit di kawasan Kajhu, Aceh Besar. Ia berangkat dari rumahnya di Merduati, Banda Aceh.
Setiba di kawasan Simpang Mesra, gempa berkekuatan M 9,1 mengguncang. Semua pengguna jalan berhenti. Usai mereda, Almuniza melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah Kajhu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika sampai di belakang penjara Kajhu, ada seorang pria berjubah berkeliling menggunakan becak. Dia meminta orang-orang bertaubat karena dunia akan hancur," kenang Almuniza saat memberikan testimoni dalam acara doa bersama yang digelar jurnalis Aceh, Minggu (25/12/2022) malam.
Kebanyakan orang tidak menggubris omongan pria tersebut. Hanya berselang beberapa menit, gelombang air laut pertama menyapu daratan. Almuniza tersangkut di pohon kelapa setinggi sekitar 15 meter.
Dia lalu melihat gelombang kedua kembali menyapu daratan. Almuniza sempat berpikir dirinya tidak akan tersapu gelombang kedua. Namun ternyata prediksinya salah, dia ikut terbawa arus.
"Saya terangkat kembali dan mendapati springbed. Di atasnya ada ular, kalajengking, lintah. Saya naik ke atas itu," jelasnya.
Almuniza bertahan di atas kasur itu hingga air surut. Setelah memastikan kondisi aman, Almuniza turun pelan-pelan untuk menyelamatkan diri.
Dalam bencana itu, sejumlah anggota keluarganya ikut menjadi korban. Jenazah para korban dibawa dari Banda Aceh ke Blang Bintang, Aceh Besar.
"Ibu saya, adik saya termasuk keluarga di rumah sekitar tujuh orang tiada," ujar mantan Kepala Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) di Jakarta itu.
"Saya salah satu korban yang merasakan langsung tsunami, Alhamdulillah saya percaya sampai hari ini, silaturahmilah yang membuat kita kuat bersama," lanjutnya.
(agse/nkm)