Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat, Fauzi Bahar menyebut falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah bersifat universal. Falsafah ini dikenal sebagai salah satu filosofi hidup yang dipegang masyarakat Minangkabau.
"Moderasi atau menerima keberagaman sudah sejak lama diterapkan oleh nenek moyang orang Minangkabau," ungkap Fauzi dalam keterangan tertulis, Kamis (15/12/2022).
Merujuk pada kata-kata kitabullah, menurut Fauzi artinya bukan berarti Al-Qur'an saja. Tapi juga bisa bisa jadi kitab yang lain.
"Jadi sifatnya universal dan menerima keberagaman untuk hidup berdampingan di tengah-tengah masyarakat Minangkabau. Cobalah lihat apakah ada etnis lain yang dikucilkan, kan tidak ada," ujar mantan Wali Kota Padang itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menerangkan contoh lain, yaitu tradisi masyarakat Minangkabau yang suka merantau. "Kan gak mungkin orang perantau itu bersifat tertutup atau tidak mau menerima orang lain, mana mungkin bisa hidup," jelasnya.
![]() |
Fauzi mengungkapkan realita di Minangkabau, yakni tidak ada etnis lain yang dikucilkan. Bahkan sudah banyak yang hidup berdampingan dengan masyarakat etnis lain.
"Minangkabau sangat terbuka dalam menerima perbedaan, tidak kaku. Walaupun ada prinsip-prinsip yang keras dan sangat dipegang teguh oleh masyarakat Minangkabau," tegas Fauzi.
(Content Promotion/Kemenag Sumbar)