Lelaki bernama Mario Gultom mendirikan kedai bernama Sunyi Coffee. Kedai yang dilayani oleh orang - orang difabel atau berkebutuhan khusus. Pendirian kedai itu dilakukan lelaki berdarah batak itu sebagai bentuk perjuangan bagi difabel.
Mario berharap ada satu ruang tempat semua orang bisa hidup berdampingan. Termasuk bagi kaum difabel. Gagasan yang tercetus pada 2016 itu muncul dari Mario Gultom. Idenya adalah membantu para difabel untuk berkarya di sana.
Dilansir dari detiknews, Mario menuturkan bahwa impiannya adalah mendirikan cafΓ© dan bukan hanya sekedar tempat bekerja bagi para penyandang disabilitas, melainkan wadah edukasi bagi masyarakat untuk belajar dan dekat dengan para difabel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, tidak ada yang memiliki visi sama dengan inisiatif Mario. Hal itu membuktikan bahwa masih banyak masyarakat yang mendiskreditkan kemampuan para penyandang difabel.
Dia kesulitan mencari orang yang mau menanamkan modal mereka, agar Sunyi Coffee bisa segera terealisasi. Ide bisnis kedai kopi ramah difabel yang ia ajukan ditolak berkali-kali oleh calon investor, ia memeras otak agar niat baiknya bisa segera berjalan.
"Saya sendiri melihat bahwa yang merdeka itu siapa sih? Yang merdeka itu saya. Yang mungkin punya indranya lengkap, fisik saya lengkap, ada juga teman-teman disabilitas yang sampai saat ini itu masih berjuang karena mereka belum merdeka. Itu menjadi semangat untuk saya, bahwa sudah saatnya kita sebagai sesama manusia memerdekakan sesama manusia juga terutama ini mereka yang sedang berjuang. " jelas Mario di program Sosok detikcom (6/11/22).
Semangat untuk memerdekakan sesama manusia terus dibawa Mario sepanjang hidupnya. Rasa kemanusiaan yang besar dalam diri Mario tidak tumbuh begitu saja. Sejak kecil, ia dibiasakan orang tuanya untuk berkunjung ke panti asuhan dan bertemu kawan-kawan dengan disabilitas. Keluarga Mario memiliki prinsip bahwa sesama manusia harus saling tolong menolong.
Setelah tiga tahun mengumpulkan pundi-pundi rupiah sebagai modal membuka kedai kopi. Akhirnya, pada 4 April 2019, Mario serta beberapa temannya semasa kuliah mendirikan cabang pertama Sunyi House of Coffee and Hope di Jl. RS. Fatmawati Raya No.15, Jakarta Selatan.
Tempat edukasi tentang disabilitas terhadap masyarakat. Baca selanjutnya...
Sunyi Coffee juga menjadi tempat edukasi tentang disabilitas terhadap masyarakat. Pelanggan diarahkan untuk mengikuti pola komunikasi pegawai di Sunyi Coffee. Pelanggan bisa memesan dengan bahasa isyarat sesuai dengan instruksi yang tertera di dekat kasir. Selain itu, pelanggan juga bisa belajar bahasa isyarat langsung dengan para barista.
Namun, rencana pendirian Sunyi House of Coffee and Hope atau Sunyi Coffee ini tentu bukannya tanpa persiapan matang. Mario harus memastikan bahwa kedai kopinya benar-benar bisa memberdayakan penyandang disabilitas.
Tidak hanya itu, Mario juga perlu memastikan bahwa pegawai Sunyi Coffee mendapatkan akses yang mereka butuhkan. Mulai dari penyesuaian alat dan ruang gerak, hingga penyediaan subtitle untuk video materi barista. Tidak ketinggalan, ia pun membekali diri dengan ilmu bahasa isyarat.
![]() |
"Kalau kita menggunakan video pembelajaran kopi, ya kita harus bikin subtitle dong, supaya teman-teman yang tuli bisa membaca. Untuk teman-teman yang tuna daksa atau yang mungkin ada masalah mobilitas, ya tentunya kita harus bikin bar yang lebar, lalu mesin kopi kita juga harus ubah supaya bisa dioperasikan dengan satu tangan atau mereka yang di kursi roda. Jadi, barnya sudah kita atur tingginya, mesinnya kita sudah atur untuk bisa dioperasikan. Jadi kita berikan akses saja sih, supaya mereka bisa memberikan output, yang ternyata di luar ekspektasi kita," terang Mario.
Mario sadar betul bahwa seringkali orang non-disabilitas justru mengeksploitasi pegawai disabilitas dengan memanfaatkan komponen kesedihan.
"Kami tidak pernah sedikitpun (menggunakan) kesedihan. Kenapa? Karena itu jadinya eksploitatif. Nanti ujung-ujungnya juga saya akan dimusuhi juga oleh komunitas disabilitas. Karena mereka selalu bilang, 'Mario, saya bukan pengemis. Tolong beri kemampuan panggung terhadap kemampuan saya, bukan kekurangan saya,'" jelas Mario.
Pada akhirnya, Sunyi Coffee memang bukan sekadar kedai kopi. Sunyi Coffee juga adalah wadah berkarya para penyandang disabilitas. Dengan akses dan dukungan yang memadai, penyandang disabilitas juga bisa memberikan hasil maksimal dalam pekerjaan yang dilakoni.
Simak Video "Video: Wamen PPPA Minta 2% Kaum Difabel Bisa Bekerja di Pemerintahan"
[Gambas:Video 20detik]
(bpa/bpa)