Obat Gagal Ginjal Akut Misterius Sudah Ditemukan

Nasional

Obat Gagal Ginjal Akut Misterius Sudah Ditemukan

Tim 20Detik - detikSumut
Jumat, 21 Okt 2022 16:56 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin
Menkes Budi Gunadi Sadikin (Nafilah Sri Sagita K/detikHealth)
Jakarta -

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan kabar baik di tengah hebohnya kasus gagal ginjal akut. Budi mengatakan bahwa obat untuk penyakit itu sudah ditemukan.

"Sekarang sudah ditemukan obatnya," ujar Budi dilansir dari video 20Detik, Jumat (21/10/2022).

Menurut Budi obat itu berasal dari Singapura. Dia berjanji akan mendatangkan obat tersebut dalam jumlah besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum memastikan obat tersebut dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal akut, dilakukan terlebih dahulu uji coba terhadap penderita.

"Sekarang RSCM sebagai tim ahli ginjal nasional kita datangkan obatnya dari Singapura. Kita coba, dari enam pasien, empat positif rensponsif," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi obat ini kita lihat positif, kita akan datangkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk bisa disebarkan ke di seluruh rumah sakit," lanjutnya.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan lima obat sirup di Indonesia mengandung etilen glikor (EG) di luar ambang batas. EG merupakan bahan berbahaya yang menjadi pemicu 72 kasus gagal ginjal akut misterius di Gambia, Afrika Barat.

Meski begitu BPOM belum dapat memastikan lima obat sirup itu menjadi biang kerok atau penyebab sejumlah anak di Indonesia menderita gagal ginjal akut.

"Hasil uji cemaran EG tersebut belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan sirup obat tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut, karena selain penggunaan obat," jelas keterangan tertulis BPOM RI seperti dilansir detikHealth, Jumat (21/10/2022).

Selain lima obat sirup itu, BPOM menilai ada faktor lain yang menyebabkan anak di Indonesia terkena gagal ginjal akut.

"Masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut. Seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19," lanjut keterangan itu.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads