Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Deli Serdang telah mengunjungi sekolah SD Islam Al Hidayah yang disegel warga. Dinas merekomendasikan proses belajar mengajar dilakukan bergelombang memanfaatkan empat ruang kelas yang tak disegel.
"Kami lihat ada tiga kelas yang tersegel dari tujuh kelas yang tersedia. Makanya untuk murid yang belajar di teras kelas nantinya akan masuk bergelombang dengan memaksimalkan ruang kelas yang ada," kata Kepala Bidang Pembinaan SD Disdik Deli Serdang Samsuar Sinaga saat dikonfirmasi detikSumut, Jumat (2/9/2022).
Dengan pola bergelombang itu, para siswa dibagi per kelas untuk belajar pagi, siang atau sore. Tujuannya agar para murid tetap bisa belajar dengan kondusif di tengah polemik yang sedang berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini pihaknya mendapati informasi bahwa penyegelan didasari atas pro kontra warga dengan Yayasan Al Hidayah. Warga mengklaim tanah wakaf yang dijadikan sekolah itu seharusnya digunakan untuk membangun Masjid Al Hidayah.
Namun anehnya, saat sekolah SD Al Hidayah dibangun tidak ada persoalan. Oleh karena itu, pihaknya tetap menyerahkan polemik lahan itu kepada pihak berwajib untuk menyelesaikan.
Sementara pihaknya fokus untuk mencari cara agar para murid tetap bisa melaksanakan proses belajar. Kini, pihaknya pun telah mencoba untuk melakukan mediasi dari kedua belah pihak yang pro kontra atas tanah wakaf itu.
"Jadi hari ini kita melakukan mediasi. Nanti hasilnya akan segera disampaikan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, proses belajar mengajar di SD Islam Al Hidayah di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang terpaksa dilakukan di teras karena ruangan kelas di sekolah itu disegel warga. Ada tiga orang warga yang disebut melakukan penyegelan.
"Ya terpaksa lah belajar di teras kelas," kata Kepala Sekolah SD Islam Al Hidayah, Ridwan Ahmadi, Kamis (1/9/2022).
Dia menyebut, warga menyegel sekolah itu pada Rabu (31/8) kemarin. Tiga orang yang menyegel itu meminta agar sekolah ditutup karena dianggap ditolak oleh warga sekitar.
Aksi ketiga warga ini pun berujung pada penyegelan ruang kelas dengan cara digembok dan diberi balok penghalang di pintu-pintu kelas. Hal itu dilakukan sekitar pukul 12.00 WIB saat para siswa telah menyelesaikan proses belajar.
"Di sini ada tujuh kelas. Totalnya muridnya ada 240 orang dan sekolah di sini biayanya gratis. Cuma tiga orang semalam datang menanggap masyarakat menolak keberadaan sekolah ini," katanya.
Dia menyebut, selama ini sekolah itu memang menggratiskan biaya sekolah. Status sekolah itu pun menjadi polemik karena beberapa warga di sana menganggap tanah tempat bangunan sekolah itu adalah tanah wakaf untuk membangun Masjid Al Hidayah.
"Tapi itu masih pro kontra, bahkan di pengurusan Masjid Al Hidayah," tambahnya.
Dia pun mengklaim pihaknya memiliki bukti bahwa tanah tersebut diperuntukkan untuk membuat sekolah yang dibangun sejak 2004 itu. Berdasarkan informasi yang diterima dari pengurus sebelumnya, gejolak mulai ada mulai tahun 2012. Kala itu, kepala dusun di lokasi telah berganti.
Sekolah ini dikatakan sudah beberapa kali di demo warga. Namun ia heran dahulu sewaktu sekolah ini masih minim murid tidak ada gejolak apa pun. Akan tetapi, sejak murid sudah mulai ramai, baru lah timbul beberapa penolakan.
(dpw/dpw)