Mengenal Pantun Khas Riau yang Kini Jadi Warisan Budaya Dunia

Mengenal Pantun Khas Riau yang Kini Jadi Warisan Budaya Dunia

Raja Adil Siregar - detikSumut
Minggu, 21 Agu 2022 19:57 WIB
Gubernur Riau menerima sertifikat pantun 12 Agustus lalu di Jakarta. Istimewa
Foto: Gubernur Riau menerima sertifikat pantun 12 Agustus lalu di Jakarta. Istimewa
Pekanbaru -

Pantun khas Melayu kini telah masuk Representative List of the Intangible Cultural Heritage (ICH) of Humanity UNESCO atau Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda tentang Kemanusiaan pada tahun 2020 lalu. Lalu seperti apa sih pantun Khas Riau?

Pantun adalah syair yang digunakan untuk mengekspresikan ide dan perasaan juga nasihat-nasihat sejak kelahiran manusia hingga kematian. Pantun dikenal lebih dari 500 tahun yang lalu sebagai tradisi lisan masyarakat Melayu di wilayah kepulauan di Asia Tenggara.

"Pantun Riau sendiri identik dan berbeda dari pantun lain. Di mana pantun biasanya terdapat dalam adat pernikahan atau lagu Melayu. Namun di Riau randai, menumbai (memanen lebah) lewat mantra, tunjuk ajar dan sambutan di setiap acara ada pantun," terang Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau Raja Yosrizal Zein.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu artinya, hampir semua kegiatan yang dilakukan masyarakat Riau terselip pantun. Termasuk Randai Taluk Kuantan yang juga berisi pantun nasihat.

Namun Pantun Khas Bumi Lancang Kuning baru mantap dibahas dan diusulkan tahun 2016 silam. Ada empat tokoh membahas pantun, adalah Ketua ATL (Asosiasi Tradisi Lisan) Indonesia Doktor Pudentia, Jabatin Bangun (Sekretaris ATL), Alm Datuk Seri Al Azhar dan Raja Yoserizal Zen.

ADVERTISEMENT

Cerita pantun dibahas dalam diskusi yang cukup panjang di salah satu cafe di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Usulan pantun dinilai penting untuk melestarikan budaya agar tak hilang tergerus jaman.

"Awalnya pantun itu kami usulkan dalam pertemuan pada tahun 2016 lalu dengan teman-teman Asosiasi Tradisi Lisan (ATL). Namun waktu itu ada diragukan, lalu ada Duta Besar dari Indonesia untuk UNESCO datang ke Indonesia," kata Yoserizal.

Melihat momen kehadiran Duta Besar, tim kemudian menghadap Gubernur Riau saat itu, Andi Rachman. Selanjutnya diekspos usulan tersebut di Rumah Dinas Gubernur Jalan Diponegoro Pekanbaru.

"Kami diskusikan waktu dengan Gubernur Riau, Andi Rachman di rumah gubernur. Di situ kami ekspos dan dilengkapilah semua syarat-syarat, kami ekspos bersama DS Al-Azhar. Kita cobalah joint ini sama tim dari Malaysia dan Singapura," imbuh Yoserizal.

Di tengah perjalanan, ternyata pantun di Malaysia dianggap sudah punah. Sehingga Riau harus mengusulkan ulang karena masih tetap lestari bersama Kepulauan Riau.

Setelah dilengkapi, berkas dikirim kembali kepada UNESCO. Sampai akhirnya pada 2020. Dalam sidang UNESCO Pantun ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda 17 Desember 2020 pukul 20.00 WIB.

"Pantun diserahkan secara virtual karena COVID-19. Kemudian kita buatlah Kenduri Pantun, ada perwakilan dari Malaysia, Thailand, Riau dan Kepri yang virtual juga," kata pria yang akrab disapa Atuk Yos.

Tahun 2021, ada beberapa kegiatan yang dirancang bersama ATL terkait Pantun. Di mana tahun juga akan ada evaluasi pantun di Riau.

"Pantun ini harus terus dievaluasi, kalau tidak dibina bisa dicabut sama UNESCO. Sertifikat pantun sendiri diterima oleh Pak Gunernur pada 12 Agustus kemarin," kata Yos.

Terkahir, Yos mengaku sampiran Pantun 80 persen terdiri dari flora dan fauna. Hal itu juga menggambarkan kehidupan yang ada di Provinsi Riau.

Sampiran sendiri merupakan bagian awal pantun yang terletak pada baris 1 dan 2. Sampiran berfungsi untuk membentuk rima.

Pada jmumnya, sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi pantun. Namun demikian, ada beberapa pantun yang bagian sampirannya berhubungan dengan bagian isi.

"80 persen pantun itu sampiran-nya dari flora fauna. Ini termasuk untuk menjaga flora dan fauna di Riau," tutup Atuk Yos.




(ras/bpa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads