Sepekan yang lalu, tepatnya Jumat (8/7) baku tembak terjadi di rumah singgah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7) pukul 17.00 WIB. Baku tembak disebut dipicu dugaan pelecehan oleh Brigadir Yoshua Hutabarat.
Tidak tanggung, pelecehan yang dilakukan polisi berpangkat Brigadir tersebut dituduhkan dilakukan terhadap istri jenderal, yang tidak lain adalah pimpinannya. Peristiwa tersebut berujung pada kematian Brigadir Yoshua atau Brigadir J.
Kematian Brigadir J ternyata menimbulkan banyak pertanyaan. Berawal saat pemulangan mayt Yoshua ke Jambi, pihak keluarga melihat banyak kejanggalan.
Kecurigaan keluarga yang merasa dilarang untuk membuka peti mati dan melihat mayat Brigadir Yoshua, hingga berlanjut pada sejumlah kejanggalan dalam keterangan pihak kepolisian.
Politisi, Menteri, pengamat dan sejumlah pihak dari berbagai lembaga mempertanyakan tentang kronologis yang benar atas kematian Brigadir Yosua. Untuk menjawab pertanyaan publik terkait kematian Yoshua, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) membentuk tim khusus.
Hingga saat ini, kasus itu masih menyisakan banyak tanda tanya. Terutama motif sebenarnya sampai Yosua memasuki kamar atasannya dan terjadi baku tembak. Kepemilikan pistol Glock-17 yang digunakan RE juga memantik misteri. Sebab, polisi atau tentara berpangkat tamtama tak dibekali pistol.
Banyak kejanggalan yang dipertanyakan keluarga Yoshua. Baca selanjutnya...
Simak Video "Video: detikcom Regional Summit Riau Diawali Doa Bersama untuk Korban Bencana Sumatera"
(bpa/bpa)