Murid SD di Bone Bawa Parang ke Sekolah untuk Berjaga-jaga

Sulawesi Selatan

Murid SD di Bone Bawa Parang ke Sekolah untuk Berjaga-jaga

Tim detikSulsel - detikSumut
Jumat, 17 Jun 2022 14:04 WIB
Pelajar SDN 164 Kota Jambi melihat sisa bekas kebakaran bangunan sekolahnya di Jambi Timur, Jambi, Senin (9/5/2022). Kegiatan belajar untuk 85 pelajar di SDN 164 Kota Jambi dipindahkan ke SDN 190 Kota Jambi atau SD terdekat, pascakebakaran sekolah pada Sabtu (7/5/2022) malam. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/rwa.
Ilustrasi murid SD (Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan)
Bone -

Seorang murid SD di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan membawa parang saat berangkat ke sekolah. Anak berusia 12 tahun bernama Yudding itu membawa sejata tajam itu untuk alasan keamanan.

Kepala Desa Tapong Ridwan, Ridwan mengatakan Yudding harus menempuh 7 kilometer agar bisa tiba di sekolah. Karena jarak yang jauh dari rumahnya, Yudding mau tak mau ia harus berangkat lebih awal.

Yudding merupakan warga lereng Gunung Camara, Desa Tapong, Kecamatan Tellulimpoe, Bone. Sedangkan sekolahnya di SD Inpres 5/81 Tapong. Setiap hari

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada empat siswa dari tempatnya Yudding yang jalan kaki setiap hari ke sekolah. Biasa mereka berangkat jam 2 atau jam 3 subuh untuk sampai tepat waktu di sekolah," kata Kepala Desa Tapong Ridwan dikutip dari detikSulsel, Jumat (17/6/2022).

Ridwan mengatakan Yudding sudah terbiasa membawa parang. Senjata tajam itu dipersiapkan untuk keperluan berjaga-jaga jika sewaktu-waktu Yudding diserang binatang buas dalam perjalanan ke sekolah.

ADVERTISEMENT

"Kalau bawa parang memang biasa karena mereka lewat hutan pada subuh hari, itu juga dipakai buat jaga-jaga jangan sampai binatang buas," katanya.

Ridwan menjelaskan akses dari lereng gunung ke sekolah Yudding tidak hanya jauh, medannya juga tidak bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dan empat.

"Susah akses kendaraan, karena lereng. Ini masih sementara saya rintis untuk jalannya," sambung Ridwan.

Yudding tak jarang terpaksa bolos sekolah akibat kondisi ini. Namun ini membuat pihak sekolah memaklumi Yudding mengingat kondisinya.

"Setiap hari memang jalan kaki ke sekolah dan dimaklumi kalau tidak hadir di sekolah. Biasanya datang hanya 4 kali seminggu. Kecuali pada saat ujian," jelasnya.

Sementara itu, Kepala SD Inpres 5/81 Tapong Saharudding mengaku ada 4 orang siswanya berasal dari lereng gunung. Dia mengaku memberikan toleransi apabila Yudding dan tiga kawannya tiba-tiba tidak masuk sekolah.

"Memang itu jauh sekali tempatnya dari sekolah. Paling rajin kalau datang 4 kali seminggu, karena kalau hujan banyak sekali sungai dilewati. Dimaklumi saja," ucapnya.

Saharudding mengatakan pihak orang tua siswa biasanya datang melapor apabila anaknya tidak hadir ke sekolah.

"Kalau lagi ulangan, Pak RT biasanya yang bawakan soal ulangan ke rumahnya," katanya.




(astj/astj)


Hide Ads