Gubernur Sumut Edy Rahmayadi meminta agar proses jual beli hewan ternak dari Aceh disetop sementara. Hal ini untuk menghindari penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Kita melakukan isolasi keluar masuknya sementara dari perbatasan Aceh, sementara," kata Edy di Medan, Jumat (13/5/2202).
Hal itu disampaikan Edy karena kasus PMK pada hewan ternak saat ini banyak terjadi di Aceh. Wilayah yang paling banyak terkonfirmasi PMK di Aceh adalah Aceh Tamiang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edy mengatakan stok sapi di Sumut saat ini sebanyak 17 ribu ekor. Dan menurutnya ini masih cukup untuk kebutuhan masyarakat.
"Kita punya 17 ribu ekor yang siap potong. Dalam kondisi ini, kita sampaikan kepada pedagang untuk tidak melakukan perdagangan ke luar dan masuk ternak tersebut," tuturnya.
Selama masa isolasi itu, kata Edy, sapi-sapi akan diawasi terus kesehatannya. Apabila ada yang sakit, maka akan disimpan dan tidak boleh dijual.
"Dalam isolasi ini, apabila ditemukan tanda-tanda binatang tersebut dia akan kita kandangkan dan tidak boleh dilakukan tindakan dilepas atau dijual," ucap Edy.
"Binatang tersebut apabila tidak layak lagi dipotong atau dikonsumsi, dia dimusnahkan," sambungnya.
Sebelumnya diberitakan, wabah PMK diduga sudah mulai masuk ke Sumut. Ada 598 spesimen dari hewan ternak yang sedang diperiksa karena diduga terkena PMK.
"Sumatera Utara total 598," Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin, saat rapat koordinasi di Medan.
Ada pun sebaran hewan ternak yang diduga terkonfirmasi PMK sesuai data yang disampaikan di dalam rapat yang bersumber dari iSIKHNAS. Sampel dari hewan ini masih di cek di laboratorium.
1. Deli Serdang
a. Hamparan Perak: 17 ekor
b. Galang: 50 ekor
c. Pagar Merbau: 20 ekor
d. Percut Sei Tuan: 29 ekor
e. Tanjung Morawa: 145 ekor
2. Langkat
Besitang: 204 ekor
Pematang Jaya: 133 ekor
(afb/afb)