8 Gunung Tertinggi di Sulawesi dengan Trek Menantang dan View Menakjubkan

8 Gunung Tertinggi di Sulawesi dengan Trek Menantang dan View Menakjubkan

Rada Dhe Anggel - detikSulsel
Selasa, 29 Jul 2025 20:00 WIB
Ilustrasi orang mendaki gunung
Ilustrasi 8 gunung tertinggi di Sulawesi (Foto: Unsplash/Toomas Tartes)
Makassar -

Sulawesi dikenal sebagai salah satu pulau di Indonesia yang memiliki deretan gunung tinggi dengan jalur pendakian yang menantang. Bahkan, salah satu di antaranya termasuk dalam jajaran gunung tertinggi di Indonesia.

Buat detikers yang hobi trekking, deretan gunung tertinggi di Sulawesi ini wajib masuk wishlist. Selain menawarkan panorama yang memukau, jalur pendakiannya juga masih alami dan menantang, pas banget buat para pendaki yang suka petualangan.

Di Sulawesi, ada 8 gunung tertinggi yang mencuri perhatian, yaitu Gunung Latimojong, Gandang Dewata, Balease, Kambuno, Bawakaraeng, Sesean, Mekongga, dan Ambang. Sebagian dari gunung-gunung ini dulunya merupakan gunung api, meski sekarang sudah tidak aktif lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika detikers penasaran, yuk simak selengkapnya berikut ini ulasan mengenai karakteristik dan keunikan 8 gunung tertinggi di Sulawesi tersebut!

Daftar Gunung Tertinggi di Sulawesi

Sulawesi dikenal dengan bentang alamnya yang menawan, termasuk deretan gunung tinggi yang tersebar di berbagai daerah. Ketinggian gunung-gunung ini bervariasi, mulai dari 1.795 mdpl hingga 3.478 mdpl. Lokasinya pun tersebar dari wilayah Sulawesi Selatan hingga Sulawesi Utara.

ADVERTISEMENT

1. Gunung Latimojong

Gunung LatimojongGunung Latimojong Foto: dok. laman Desa Banti Kabupaten Enrekang

Gunung Latimojong menduduki posisi pertama sebagai gunung tertinggi di Sulawesi.1 Lokasinya berada di Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ketinggian gunung ini mencapai 3.478 di atas permukaan laut (mdpl) dengan puncak tertingginya bernama Rante Mario. Gunung Latimojong juga termasuk dalam jajaran Seven Summits of Indonesia atau tujuh puncak tertinggi di Indonesia,2 menjadikannya sebagai salah primadona bagi pendaki yang ingin menaklukkan puncak-puncak tertinggi di Nusantara.

Menurut Ahli Geologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Asri Jaya, Gunung Latimojong memiliki karakteristik yang sama dengan pegunungan tertinggi di Indonesia, Puncak Jaya. Yakni terbentuk dari batuan metamorphic atau tektonik yang telah ada sejak 100 juta tahun lalu.

"Pegunungan tertinggi di Sulawesi Selatan bukan dari gunung api seperti kebanyakan daerah. Latimojong itu terbentuk dari batuan tektonik atau metamorfisme, kapur, dari 100 juta tahun lalu," ungkapnya kepada detikSulsel pada Senin (23/5/2022).

Rute pendakian paling umum biasanya dimulai dari Desa Karangan, desa di bawah kaki Gunung Latimojong yang secara geografis termasuk dalam kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang. Dari titik ini, pendaki butuh waktu sekitar 12 jam untuk tiba di Pos 7, tempat istirahat terakhir sebelum melanjutkan ke Rante Mario, puncak tertinggi Gunung Latimojong.2

Jika ditotal, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 16-20 jam pendakian dari titik awal di Desa Karangan hingga mencapai puncak Gunung Latimojong.

Sepanjang jalur pendakian, mata para pendaki akan dimanjakan dengan pemandangan lebatnya Hutan Montana. Tumbuhan ini merupakan salah satu jenis hutan yang tumbuh di ketinggian 2.000-3.000 mdpl.3

Selain itu, para pendaki juga terkadang bisa menyaksikan keindahan hewan endemik asli di Pegunungan Latimojong yaitu Anoa. Hewan ini memiliki ciri khas bulunya yang berwarna cokelat kemerahan dan bertelinga lonjong.4

Sesampainya di puncak tertinggi Rante Mario, semua lelah akan terbayar oleh suguhan panorama luar biasa dari deretan Pegunungan Latimojong. Pemandangan alam yang luas dan menenangkan ini menjadi hadiah terbaik setelah perjuangan panjang menaklukkan puncak.5

2. Gunung Gandang Dewata

Gunung Gandang DewataGunung Gandang Dewata Foto: dok. laman bkksda Sulsel

Gunung Gandang Dewata juga termasuk salah satu gunung tertinggi yang ada di Sulawesi setelah Gunung Latimojong. Gunung dengan ketinggian mencapai 3.037 mdpl ini terletak di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Trek menuju puncak gunung Gandang Dewata dikenal ekstrem, dengan jalur curam dan banyak jurang di sisi jalur. Nggak heran kalau gunung ini termasuk dalam jajaran pendakian yang cukup sulit ditaklukkan.

Untuk bisa mencapai puncaknya, pendaki membutuhkan waktu antara 8 hingga 12 hari, tergantung kondisi fisik dan logistik. Jalurnya mencakup 9 pos pendakian yang masing-masing punya ketinggian dan tantangan berbeda.

Berikut ini daftar pos lengkapnya:

  • Pos Lante Bobbok (1.140 mdpl)
  • Pos Parandangan (1.575 mdpl)
  • Pos Pappandangan (2.070 mdpl)
  • Pos Lantang Lomo (2.085 mdpl)
  • Pos Lombok Silenda (2.450 mdpl)
  • Pos Damak Damak (2.530 mdpl)
  • Pos Ponga (2.650 mdpl)
  • Pos Naik Daeng (2.807 mdpl)
  • Puncak Gandang Dewata (3.037 mdpl)6

Bukan cuma soal ketinggian, gunung ini juga menawarkan kekayaan hutan yang luar biasa. Zona vegetasi di gunung ini terbagi dua, yakni hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan atas.

Pada zona hutan pegunungan bawah (ketinggian 1.500-2.400 mdpl), pendaki akan menjumpai pohon yang tumbuh relatif tinggi, tidak begitu rapat, dan mengandung epifit yang melimpah (seperti anggrek). Beberapa jenis pohon tersebut seperti Lithocarpus, Castanopsis, dan berbagai jenis konifer seperti Podocarpus hingga Agathis Dammara tumbuh yang tumbuh subur di kawasan ini.

Sementara itu, pada zona hutan pegunungan atas, pendaki akan disuguhi pohon-pohon yang lebih pendek, berbatang bengkok, berbenjol-benjol, daunnya kecil-kecil dan tebal, serta batang penuh dengan lumut.

Di kisaran ketinggian 2.000 mdpl, pendaki juga akan melewati hutan lumut yang terasa sejuk dan tenang. Tempat ini sangat cocok untuk rehat sejenak atau sekadar mengabadikan momen dengan latar panorama alam yang estetik.

Meskipun begitu, pemandangan yang disuguhkan pendaki di atas puncak lebih menjanjikan lagi. Di puncak, semua lelah selama perjalanan akan langsung terbayar lunas dengan pemandangan kabut dan awan yang menyelimuti puncak Gandang Dewata. Pemandangan dan pengalaman ini akan menjadi momen tak terlupakan bagi para pendaki.

Di balik keindahan kawasan hutannya, Gunung Gandang Dewata memiliki mitos yang melekat dan dipercaya masyarakat sekitar. Konon, kalau ada yang masuk hutan dengan niat mengambil hasil hutan atau mendaki, lalu mendengar suara gendang dari arah puncak, berarti orang tersebut sebenarnya sudah meninggal.7

Namun, cerita itu hanya sebuah mitos yang dipercaya masyarakat sekitar. Terlepas dari kisahnya yang penuh misteri, Gandang Dewata telah diresmikan sebagai Taman Nasional ke-53 di Indonesia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri LHK Nomor 773/MENLHK/SETJEN/PLA.210/2016 yang diteken pada 3 Oktober 2016.6

3. Gunung Balease

Selanjutnya ada Gunung Balease yang menduduki posisi ketiga gunung tertinggi di Sulawesi. Titik tertinggi gunung ini dikenal dengan nama Pegunungan Karoue, yang menjulang hingga 3.016 mdpl.8

Secara administratif, gunung tertinggi ketiga di Sulsel ini berada di wilayah perbatasan Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur. Meski belum sepopuler Latimojong, Balease menawarkan petualangan yang nggak kalah seru dan menantang.

Total jarak jalur pendakian Gunung Kambuno mencapai sekitar 50 kilometer pulang-pergi, dengan durasi tempuh kurang lebih 9 hari 8 malam. Sepanjang rutenya, pendaki akan melewati tujuh pos utama yang menyajikan berbagai tantangan alam.

Mulai dari hutan lumut yang lebat, punggungan sempit, aliran sungai, hingga jalur panjang yang cukup menguras tenaga9. Rute ini cocok banget buat detikers yang suka tantangan ekstrem dan ingin merasakan sensasi eksplorasi alam liar khas Sulawesi.

Meskipun medannya cukup berat, pemandangan di hutan lumutnya benar-benar estetik dan bikin betah. Buat yang suka foto-foto atau sekadar ingin menikmati sunyinya alam, tempat ini layak jadi spot favorit.

Menariknya lagi, Gunung Balease juga punya latar geologi yang cukup unik. Menurut Prof Asri Jaya, gunung ini merupakan gunung api yang sudah tidak aktif dan terbentuk dari batuan magmatis dan plutonik.

"Jadi gunung Balease itu terbentuk dari batuan magmatis atau plutonik, yang terbentuk pada skala waktu miosen-pliosen atau 10 juta tahun lalu," ujarnya.

Dengan jalur yang menantang, lanskap yang indah, dan kondisi geologis yang menarik, Gunung Balease adalah pilihan tepat buat para pendaki yang ingin pengalaman lebih dari sekadar naik gunung.

4. Gunung Kambuno

Gunung selanjutnya yang masuk jajaran gunung tertinggi di Sulawesi adalah Gunung Kambuno yang berada di urutan keempat. Puncak tertinggi gunung ini berada di ketinggian 2.950 mdpl.

Secara geografis, Gunung Kambuno berada di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Rata-rata waktu tempuh perjalanan pulang-pergi mencapai 15 hari. Perjalanan panjang ini tentu jadi tantangan tersendiri buat detikers yang suka petualangan ekstrem.

Yang bikin seru, pendakian Gunung Kambuno bukan cuma soal tanjakan dan hutan lebat. Di sepanjang perjalanan, detikers juga bakal melewati jembatan gantung dan hamparan sawah hijau yang bikin mata adem seketika.

Berbeda dari gunung lain, jalur pendakian Kambuno tidak hanya soal tanjakan dan hutan. Di sini, pendaki juga akan melewati jembatan gantung yang cukup besar dan melintasi hamparan sawah hijau yang menyegarkan mata.

Dalam perjalanan ke puncak, terdapat juga sumber air panas yang masih alami dan bisa dinikmati oleh para pendaki.

Secara geologis, Gunung Kambuno punya latar yang sama dengan Gunung Balease. Prof Asri Jaya menjelaskan bahwa gunung ini terbentuk dari batuan magmatis atau plutonik, hasil pembekuan magma jutaan tahun lalu.

"Balease sama dengan Kambuno terbentuk dari batuan magmatis atau plutonik dan terbentuk pada skala waktu geologi miosen-pliosen atau 10 juta tahun lalu," jelasnya.

Gimana detikers, tertarik untuk menjelajah ke ketinggian 2.950 mdpl?

5. Gunung Bawakaraeng

Pemandangan dari Gunung BawakaraengPemandangan dari Gunung Bawakaraeng Foto: Basri Bachtiar/d'traveler

Bagi para pendaki, nama Gunung Bawakaraeng mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Gunung yang berada di Kabupaten Gowa, Sulsel ini menjadi salah satu gunung tertinggi di Sulawesi dengan puncak tertinggi mencapai 2.890 mdpl.15

Terdapat beberapa jalur pendakian menuju Gunung Bawakaraeng, namun jalur yang paling sering dipilih adalah melalui Desa Lembanna. Melalui jalur ini, pendaki akan melewati sekitar 9 hingga 10 pos pendakian.

Selain itu, tersedia pula rute alternatif seperti Lembah Ramma, Danau Tanralili, dan Gunung Perak. Setiap rute memiliki keunikan dan tingkat kesulitan tersendiri.

Jika memilih pendakian melalui jalur Lembanna, pos 7 dan 8 dapat menjadi lokasi ideal untuk berkemah. Selain karena pemandangannya yang masih asri, area ini juga memiliki sumber air sehingga cocok untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak.

Namun pendaki perlu bersiap diri, sebab setelah melewati Pos 8, jalur pendakian akan semakin menantang. Medan akan berubah menjadi lebih terjal dan berbatu, serta terdapat tebing sempit yang menantang adrenalin.

Meski begitu, jalur yang esktrem tersebut sepadan dengan pemandangan di sepanjang jalan yang benar-benar memanjakan mata. Selama di perjalanan, para pendaki akan disuguhkan panorama rindangnya hutan tropis basah hingga hamparan savana yang luas.

Sesampainya di puncak, pendaki juga akan disambut pemandangan lautan awan yang mengelilingi gunung. Jika tiba sebelum gelap, pendaki juga dapat menikmati langit biru yang jernih.

Namun perlu diingat, sebelum melakukan pendakian ke Gunung Bawakaraeng, penting untuk memastikan kondisi tubuh dalam keadaan fit serta membawa perlengkapan yang memadai. Sebab, suhu di puncak Bawakaraeng bisa mencapai 8°C hingga 17°C.

Oleh karena itu, para pendaki dianjurkan untuk membawa jaket tebal, sleeping bag, dan jas hujan, terutama jika melakukan pendakian saat musim hujan. Perlengkapan tersebut diperlukan untuk mencegah risiko seperti hipotermia serta menjaga tubuh tetap kering saat hujan.10

Selain keindahan alamnya, Bawakaraeng juga menyimpan mitos yang cukup populer dan melegenda. Yakni, setiap musim haji, sebagian warga Desa Lembanna melaksanakan ritual ibadah haji versi lokal di puncaknya.

Biasanya, mereka mendaki ke atas pas Idul Adha dan menggelar salat Ied di puncak pada 10 Zulhijjah.11

6. Gunung Mekongga

Gunung MekonggaGunung Mekongga Foto: dok. laman berita Kabupaten Koloka Utara (Kolut)

Gunung Mekongga yang menjulang di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara juga termasuk salah satu gunung tertinggi di Sulawesi. Dengan ketinggian mencapai 2.620 meter mdpl, gunung ini cocok bagi para pendaki yang menyukai tantangan.

Sepanjang perjalanan, pendaki akan disuguhkan pemandangan alam yang memukau. Mulai dari lebatnya hutan hujan tropis, suara kicauan burung yang merdu, hingga pengalaman menyeberangi pertemuan antara Sungai Mosembo dan Sungai Tinukari.

Jika beruntung, pendaki juga dapat menjumpai anoa, satwa endemik Sulawesi yang bentuknya menyerupai kerbau berukuran kecil.

Waktu tempuh menuju puncak Gunung Mekongga umumnya berkisar antara lima hingga enam hari. Sebagian besar pendaki memulai perjalanannya dari Desa Tinukari, Kecamatan Rante Angin, Sulawesi Tenggara.

Sepanjang jalur tersebut, terdapat lima pos utama serta beberapa titik perkemahan yang umum digunakan untuk beristirahat. Beberapa titik perkemahan tersebut antara lain:

Camp 1 (ketinggian 480 mdpl): Camp ini berada di kawasan hutan lindung yang masih alami.

Camp 2 (ketinggian 1.380 mdpl): Jalur menuju lokasi ini cukup menanjak dan licin saat musim hujan, namun keindahan air terjun kecil di sekitarnya memberikan pemandangan yang menyegarkan mata.

Camp 3: Lokasi perkemahan terakhir yang berada setelah Puncak Mosero-Sero. Terdapat mitos yang berkembang bahwa area ini diyakini sebagai tempat tinggal makhluk halus. Pepohonan di sekitarnya diselimuti lumut tebal, dan medan pendakian dari titik ini akan semakin ekstrem dan terjal.12

7. Gunung Sesean

Gunung Sesean juga menjadi salah satu gunung tertinggi di Sulawesi yang berada di urutan ke-7. Gunung yang berdiri gagah setinggi 2.100 mdpl ini berada di Desa Sesean, Kecamatan Sesean Solora, Kabupaten Toraja Utara.

Meskipun tidak setinggi Latimojong, tapi Sesean punya daya tarik sendiri yang bikin pendaki merasa tidak menyesal jika mengunjunginya. Medan jalurnya pun tak begitu sulit, cocok buat pendaki pemula.

Untuk sampai ke gunung ini, dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan mengendarai kendaraan bermotor dari pusat kota Rantepao. Sepanjang perjalanan di kota Rantepao, pendaki akan melewati banyak Tongkonan, rumah adat khas Toraja.

Biasanya, pendakian dimulai dari halaman rumah warga yang dijadikan tempat penitipan kendaraan. Dari tempat ini, detikers akan melanjutkan trekking ke puncak dengan berjalan kaki selama 2,5 sampai 4 jam, tergantung kondisi fisik dan ritme jalan masing-masing.

Di tengah-tengah perjalanan, pendaki masih bisa bertemu langsung dengan warga lokal, petani, sampai kerbau-kerbau mereka yang berkeliaran di jalur pendakian.

Puncak Gunung Sesean menawarkan panorama yang memukau, terutama saat Matahari terbenam. Pemandangan lautan awan yang terbentang luas berpadu dengan siluet cahaya jingga yang perlahan turun, menciptakan kesan seolah berdiri di atas langit. Keasrian alam di sekitarnya juga masih sangat terjaga, menjadikannya salah satu tempat healing terbaik.

Dari sisi geologis, Gunung Sesean terbentuk akibat aktivitas vulkanik sekitar 30 juta tahun yang lalu. Dahulu, gunung ini merupakan gunung berapi aktif, namun kini sudah tidak menunjukkan aktivitas vulkanik lagi.

"Sesean juga terbentuk dari gunung api, dari batuan vulkanik. Tetapi sudah tidak aktif," jelas Prof Asri.

8. Gunung Ambang

Di posisi ke-8 gunung tertinggi di Sulawesi, ada Gunung Ambang. Meskipun ketinggiannya hanya 1.795 mdpl, jalur pendakian dan panorama dari gunung ini mampu memberikan kesan yang membekas bagi para pendaki.

Gunung Ambang terbentang di 3 wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Untuk mencapai puncaknya, salah satu jalur yang dapat ditempuh adalah melalui Desa Bongkudai Baru, Sulawesi Utara.

Dari titik awal pendakian ini, waktu tempuh menuju puncak hanya berkisar antara 2 hingga 3 jam. Selama perjalanan, tidak jarang pendaki akan menjumpai satwa liar seperti anoa, babi hutan, maupun ular yang merupakan penghuni alami kawasan ini.13

Gunung Ambang sendiri termasuk dalam kawasan cagar alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Terdapat sekitar 184 jenis pohon yang dapat ditemui di sepanjang jalur pendakian, mulai dari kayu hitam, cempaka, pandan hutan, hingga 19 jenis beringin.14

Jika memiliki waktu lebih, terdapat pula beberapa destinasi wisata alam di sekitar Gunung Ambang yang bisa dikunjungi. Di antaranya adalah Danau Mooat, Danau Tondok, Air Terjun Moyayat, hingga pemandian air panas yang cocok untuk relaksasi pasca pendakian.

Dengan jalur pendakian yang relatif singkat namun menyimpan banyak kejutan alam, Gunung Ambang layak masuk daftar destinasi pendakian detikers berikutnya.

Nah, itulah tadi penjelasan tentang 8 gunung tertinggi di Sulawesi. detikers tertarik mendaki di gunung mana?

Sumber:

  1. Menyadur buku "Fakta Menakjubkan tentang Indonesia" karya Navita Kristi dkk
  2. Laman Literasi Enrekang yang berjudul "Pegunungan Latimojong sebagai Taman Wisata Alam"
  3. Laman Desa Banti Kabupaten Enrekang dengan judul "Gunung Latimojong"
  4. Buku "Manual Identifikasi an Bio-Ekologi Spesies Kunci di Sulawesi" oleh Abdul Haris Mustari
  5. Laman Desa Baruka Kabupaten Enrekang yang berjudul "Gunung Latimojong"
  6. Buku "Taman Nasional Sulawesi" oleh Lia Soeparno
  7. Laman RRI "Beberapa Info Menarik Gunung Gandang Dewata"
  8. Buku "RPUL Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (Edisi Oktober 2024) oleh Jhoni Hadi Saputra
  9. detikTravel "Fakta-fakta Gunung Balease, Tempat 3 Pendaki Tasikmalaya Hilang Berhari-hari"
  10. Laman RRI "Gunung Bawakaraeng, Destinasi Wisata Menarik Bagi Pecinta Alam
  11. Jurnal Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang berjudul "Ritualisme Ibadah Haji Bawakaraeng Persepsi Masyarakat Lembanna; Studi Kasus Lembanna"
  12. Laman berita Kabupaten Koloka Utara (Kolut), "Gunung Mekongga Kolaka Utara Membuat Candu dan Masih Perawan"
  13. Laman Direktori Pariwisata, "Kawasan Sulawesi Utara"
  14. Buku "Benteng di dari Utara Indonesia" karya Ais Kai
  15. Jurnal Universitas Hasanuddin dengan judul 'Kajian Struktur Geologi Gunung Bawakaraeng Menggunakan Metode Penginderaan Jauh"



(urw/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads