Sandiaga Hadiri Ritual Tumpe di Banggai, Titip Pengembangan Ekonomi Kreatif

Sandiaga Hadiri Ritual Tumpe di Banggai, Titip Pengembangan Ekonomi Kreatif

Tim detikSulsel - detikSulsel
Senin, 04 Des 2023 21:20 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri Ritual Adat Molabot Tumpe.
Foto: Menparekraf Sandiaga Uno menghadiri Ritual Adat Molabot Tumpe. (Dok. Istimewa)
Banggai -

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno menghadiri Ritual Adat Molabot Tumpe di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng). Sandiaga pun menitip pesan agar ritual itu turut mendorong pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif.

Sandiaga menghadiri Ritual Adat Molabot Tumpe di muara Sungai Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Sabtu (2/12). Ritual tersebut masuk dalam rangkaian Festival Tumpe yang merupakan event unggulan Karisma Event Nusantara (KEN).

"Pariwisata dan ekonomi kreatif adalah dua sektor yang berhasil menciptakan enam kali lipat jumlah lapangan kerja dibandingkan sektor lain. Inilah yang ingin saya titipkan untuk kita bersama-sama membangun pariwisata dan ekonomi kreatif," kata Sandiaga dalam keterangannya, Sabtu (2/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sandiaga hadiri mengenakan baju adat Batui. Sandiaga ikut meramaikan ritual menurunkan 100 telur burung maleo dari rumah. Ratusan telur itu dibawa dengan berjalan kaki ke muara Sungai Batui sejauh 1,2 kilometer didampingi para tetua adat setempat.

Sesampainya di dermaga di muara sungai, oleh perangkat adat telur-telur tersebut dibawa naik ke kapal dan ditempatkan di tempat khusus untuk kemudian dibawa ke Keraton Banggai.

ADVERTISEMENT

Sandiaga mengapresiasi penyelenggaraan Ritual Molabot Tumpe ini yang dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Dia memuji kegiatan ini melibatkan generasi muda.

"Saya mengapresiasi masyarakat Banggai yang terus melestariskan ritual adat Tumpe ini, di mana pelestarian ini merupakan bagian dari cita-cita pariwisata kita yang berkualitas dan berkelanjutan," ujarnya.

Sandiaga turut memuji laporan keuangan yang disampaikan secara transparan. Hal itu disampaikannya di hadapan forum secara terbuka.

"Kita harus mengapresiasi adik kita ini yang mengedepankan transparansi," kata Sandiaga.

Sementara Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Ma'mun Amir mengatakan Provinsi Sulawesi Tengah memiliki beragam objek wisata andalan. Dia sesumbar wisata alam, bahari, juga budaya yang dimiliki terus dikembangkan.

"Ritual Tumpe insyallah menjadikan Sulawesi Tengah ini ke depan menjadi tempat atau tujuan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Sulawesi Tengah," kata Ma'mun Amir.

Sejarah Ritual Molabot Tumpe

Diketahui, Ritual Adat Molabot Tumpe memiliki makna yang mendalam terkait ikatan persaudaraan di antara masyarakat Banggai. Ritual yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini berupa pengantaran telur burung maleo dari masyarakat adat Batui di Kabupaten Banggai ke Keraton Kerajaan Banggai di Banggai Laut.

Sekertaris Lembaga Adat Kabupaten Banggai Sopansyah Yunan tradisi ini bermula dari sejarah Kerajaan Banggai yang kala itu dipimpin oleh seorang raja bernama Adi Cokro atau Adi Soko. Hal itu mengacu berdasar tautan sejumlah sumber.

Ketika itu, Adi Soko yang hendak meninggalkan Batui menuju Banggai (sekarang Kabupaten Banggai Laut) dihadiahi sepasang burung maleo oleh ayah dari istri keduanya, Raja Matindok. Suatu hari, Adi Soko diamanatkan untuk mengemban tugas ke Tanah Jawa.

Bersama anak dari istri ketiganya, Putri Saleh, Adi Soko turut membawa sepasang burung maleo itu ke Tanah Jawa. Seiring waktu tugas Adi Soko di Jawa yang sangat lama, terjadilah kekosongan kepemimpinan di Kerajaan Banggai.

Guna menghindari kekacauan akibat kekosongan tersebut, para perangkat kerajaan dan tetinggi adat dan keturunan dari empat kerajaan kecil di Banggai membuat sayembara. Dari situ kemudian terpilihlah putra Adi Soko dari istri keduanya, Abu Kasim untuk menjadi raja. Akan tetapi Abu Kasim menolak diangkat menjadi raja sebelum bertemu dan berkonsultasi langsung dengan sang ayah.

Kemudian berangkatlah Abu Kasim ke Tanah Jawa untuk bertemu sang ayah. Namun ketika bertemu, Adi Soko menolak untuk kembali ke Banggai dan mengarahkan Abu Kasim untuk menemui kakaknya, Maulana Prince Mandapar, anak Adi Soko dari istri pertamanya, yang dianggap lebih pantas untuk menjadi raja.

Abu Kasim akhirnya kembali ke Banggai dengan membawa sepasang burung maleo pemberian mertua Aji Soko sebelumnya. Singkat cerita, kepemimpinan di Kerajaan Banggai kembali berjalan dengan Maulana Prince Mandapar sebagai raja.

Akan tetapi, sepasang burung maleo itu tidak dapat berkembang biak di Banggai. Akhirnya Abu Kasim membawa burung tersebut ke keluarganya di Batui untuk dikembangbiakkan.

Saat itulah pesan yang terus dipegang teguh secara turun-temurun hingga saat ini. Di mana apabila burung maleo bertelur, maka telur pertamanya dikirim kepada keluarga di Banggai dan jumlah telur maleo yang dikirimkan menggambarkan jumlah keluarga di Batui.

"Inilah yang menjadi tanda untuk mempererat kekeluargaan antara keluarga di Banggai hingga kini," Sopansyah.




(sar/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads