Danau Matano Luwu Timur: Sejarah, Jejak Arkeologi, hingga Pesona Keindahannya

Danau Matano Luwu Timur: Sejarah, Jejak Arkeologi, hingga Pesona Keindahannya

Urwatul Wutsqaa - detikSulsel
Selasa, 16 Mei 2023 08:30 WIB
Danau Matano
Danau Matano Luwu Timur (Foto: iStock)
Luwu Timur -

Danau Matano yang terletak di Desa Matano, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat sebagai danau terdalam di Asia Tenggara. Danau ini merupakan salah satu dari lima danau yang terdapat di dalam "Kompleks Danau Malili" yaitu: Matano, Mahalona, Towuti, Masapi dan Wawantoa.

Dikutip dari laman Indonesia Baik Kominfo, kedalaman Danau Matano mencapai 590 meter. Dalam daftar danau terdalam di dunia, Danau Matano ini bahkan menempati peringkat ke-9.

Sejarah Danau Matano

Danau Matano adalah jenis danau tektonik purba yang terbentuk dari aktivitas pergerakan lempeng kerak bumi. Danau ini terbentuk pada akhir masa Pliosen sekitar 2-4 juta tahun yang lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebutan danau ini diambil dari istilah 'matano' yang dalam bahasa masyarakat lokal berarti 'mata air'. Lokasi yang menjadi sumber air tersebut telah dibangun kolam berukuran 8 x 12 meter.

Pada dasar kolam sumber mata air tersebut, bermunculan gelembung-gelembung air yang tak henti-hentinya sehingga tampak seperti kehidupan yang lahir dari dalam perut bumi. Danau ini memiliki sumber mata air di sekeliling dinding danau hingga dasarnya yang menyebabkan tinggi permukaan air relatif stabil dan tidak pernah mengalami kekeringan.

ADVERTISEMENT

Jejak Arkeologi di Danau Matano

Dikutip dari jurnal Universitas Hasanuddin berjudul 'Jejak Peradaban di Dasar Danau Matano', disebutkan bahwa, di danau ini terdapat banyak jejak arkeologi. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, ditemukan berbagai jejak arkeologi di kawasan Danau Matano.

Penelitian terhadap situs arkeologi yang berada di Kabupaten Luwu, khususnya di kawasan pesisir Danau Matano pertama kali dilakukan oleh oleh tim penelitian OXIS (The Origins Of Complex Society In South Sulawesi) yang dipimpin langsung oleh David F Bullbeck (Australian National University), Bagyo Prasetyo (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) dan Iwan Sumantri (Arkeolog Universitas Hasanuddin) pada tahun 1998.

Dari penelitian tersebut, ditemukan situs-situs arkeologi yang baru. Adapun daerah yang menjadi awal dari penelitian tersebut adalah kawasan Matano, yakni situs Rahampu'u.

Di situs tersebut, dilakukan penggalian dan ditemukan berbagai temuan fragmen berupa alat penempaan besi, gerabah, hingga artefak batu. Berdasarkan analisis dari tim OXIS, situs tersebut menunjukkan tanda pemukiman.

Di daerah yang sama, juga dilakukan penggalian situs Pandai Besi Rahampu'u yang berada di daerah selatan kampung Matano. Dari penggalian tersebut, ditemukan sejumlah benda yang mengandung banyak kandungan besi termasuk batu korek dan tembikar.

Hal yang sama juga ditemukan di situs baru seperti Lemogola yang berada di bagian utara kampung Matano. Para peneliti menemukan bahwa situs ini juga merupakan daerah yang terdapat gundukan besar sisa-sisa penempaan besi.

Selain Tim OXIS, ada juga sejumlah arkeolog lainnya yang meneliti jejak arkeologi di kawasan tersebut. Di tahun 2016, Pusat penelitian Arkeologi Nasional juga mengadakan penelitian Bawah Air di Danau Matano dengan melakukan penyelaman.

Dari hasil penelitian tersebut, tim penelitian menemukan lingkungan yang tenggelam (submerged landscape). Temuan tersebut diduga disebabkan oleh naiknya permukaan air danau dan juga aktivitas gempa yang sering terjadi di Kawasan Danau Matano sehingga menyebabkan runtuhan dan patahan.

Tim peneliti juga menemukan jejak arkeologi lainnya berupa tembikar yang jumlahnya ratusan, alat batu serpih (flakes), artefak logam seperti tombak, parang, badik, dan juga kapak corong.

Selain itu, mereka juga ditemukan beberapa gigi binatang, salah satunya adalah gigi dari binatang vertebrata cervidae. Dari data-data yang ditemukan dapat diindikasikan situs-situs Danau Matano berada pada periodisasi prasejarah paleometalik hingga masa klasik (Majapahit).

Pesona Keindahan Danau Matano

Danau MatanoDanau Matano (Foto: iStock)

Tidak hanya menyimpan jejak arkeologi, Danau Matano rupanya juga menawarkan pesona keindahan yang luar biasa. Panorama alam di danau ini sangat memanjakan mata karena airnya yang sangat bersih, jernih, dan tenang. Saking jernihnya, dasar danau ini bisa terlihat hingga kedalaman 20 meter.

Karena memiliki air yang sangat jernih, air danau ini menyimpan keindahan bawah air yang menakjubkan. Pesona alam bawah air danau ini juga menyimpan sejarah tersendiri, terdapat beberapa situs purbakala yang dapat menjadi tujuan eksplorasi para peneliti dan arkeolog.

Luas danau ini mencapai 16.000 hektare. Selain hamparan danau yang luas, pengunjung yang hadir juga pasti akan menikmati ekosistem alam lainnya yang berada di kawasan Danau Matano.

Saat mengunjungi danau ini, wisatawan dapat mengunjungi sebuah pulau yang berada di tengah danau. Pulau ini dapat diakses dengan menggunakan perahu motor.

Selain itu, di kawasan Danau Matano juga terdapat beberapa gua yang tak kalah menarik untuk dikunjungi. Gua ini dapat menjadi sarana wisata sejarah untuk memperkaya wawasan.

Jika tertarik mengunjungi danau terdalam di Asia Tenggara ini, pengunjung dapat menempuh jalur darat. Dari pusat kota Makassar dapat menempuh perjalan selama 12 jam menggunakan bus jurusan Makassar-Sorowako. Adapun biaya yang diperlukan sekitar Rp 250.000 per orang.

Nah, itulah tadi ulasan lengkap mengenai Danau Matano, meliputi sejarah, jejak arkeologi, hingga pesona keindahannya. Semoga bermanfaat!




(urw/edr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads