Masjid Tua Jami Palopo sebagai masjid tertua di Sulawesi Selatan (Sulsel) menyimpan cerita tersendiri. Tiang besar yang berada di masjid menjadi saksi bisu strategi Datu Luwu ke-16, Pati Pasaung dalam menyebarkan Islam di tanah Luwu.
Dari pantauan detikSulsel di Masjid Tua Jami, terdapat 5 tiang kayu di bagian dalam yang menopang masjid tersebut. Namun, terdapat satu tiang besar tepat di tengah masjid yang menjulang ke atas.
Dikutip dari jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar berjudul 'Masjid Jami' Tua Palopo', disebutkan bahwa tiang utama masjid ini memiliki ukuran diameter 1 meter dan tingginya mencapai 8,05 meter. Tiang utama ini ditatah berbentuk segi dua belas dan terbuat dari kayu pohon lokal yang dinamai Cina Gori.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, keempat tiang pendukung lainnya memiliki ukuran diameter 0,36 dengan tinggi masing-masing 4,20 meter. Tiang pendukung ini ditatah berbentuk segi delapan.
![]() |
Tiang utama Masjid Jami Tua Palopo disakralkan oleh penduduk setempat, kadang mereka mencungkil-cungkilnya untuk dijadikan sebagai semacam azimat. Sehingga, saat ini tiang utama tersebut dilindungi lapisan kaca untuk mencegah tindakan pengrusakan terus berlanjut.
Lapisan kaca tersebut berbentuk segi empat. Tingginya kira-kira separuh tinggi dari tiang utama.
Strategi Datu Luwu Islamkan Masyarakatnya
Pemangku adat Kedatuan Luwu, Maddika Bua Andi Syaifuddin Kaddiraja mengatakan, pada saat Masjid Tua Jami Palopo dibangun, Datu Luwu ke-16 Pati Pasaung mempunyai cara sendiri untuk mengislamkan masyarakatnya. Saat itu, masyarakat Luwu masih memegang kepercayaan terhadap Posi' Langkanae atau pusat rumah yang terbuat dari tiang kayu.
Melihat fenomena tersebut, Datu Luwu langsung memerintahkan pasukannya mencari tiang yang sangat besar untuk didirikan tepat di tengah Masjid Tua Jami. Tiang berukuran besar yang terbuat dari kayu Cina Duri atau pohon Kenanga tersebut kemudian dijadikan pusat dari Majid Tua Jami.
"Waktu itu masyarakat Luwu masih mempercayai Posi' Langkanae, sehingga Datu memerintahkan untuk mencari tiang berukuran besar untuk dijadikan Posi' di tengah masjid. Setelah itu pihak kerajaan membuat cerita masyarakat bahwa tidak ada lagi Posi' yang lebih besar daripada Posi' Masjid Tua Jami," kata Syarifuddin kepada detikSulel, Kamis (13/4/2023).
![]() |
Strategi yang dilakukan Datu Pati Pasaung itu bermaksud agar masyarakat Luwu tidak lagi menyembah Posi' Langkanae dan datang ke masjid untuk melihat Posi' masjid kemudian belajar Islam. Cara itu pun dinilai berhasil, setelah tiang besar berdiri banyak masyarakat Luwu yang datang ke Masjid Tua Jami untuk mempelajari agama Islam dan mengucapkan 2 kalimat syahadat.
"Cara yang dilakukan Datu Luwu itu berhasil, hal tersebut membuat masyarakat berdatangan ke masjid untuk mempelajari agama Islam," ujarnya.
Sementara itu, versi cerita dari penjaga Masjid Tua Jami Palopo, Usman Abdul Malla sedikit berbeda. Konon batang pohon yang berdiri kokoh di dalam masjid tersebut lebih tua dari bangunan Masjid Tua Jami itu sendiri.
Menurutnya, Datu Luwu saat itu mengambil pohon Cina Duri terbesar di wilayah Luwu karena pohon tersebut sudah disembah masyarakat ratusan tahun silam sebelum Masjid Jami Tua Palopo dibangun. Datu Luwu sengaja memindahkannya ke masjid agar masyarakat datang ke sana.
"Sebenarnya tiang ini berumur lebih tua ratusan tahun dari masjid. Dulunya disembah masyarakat saat itu, sehingga Datu memerintahkan pasukannya untuk mengambil batang pohon tersebut dan memindahkannya sebagai tiang masjid. Ini bermaksud agar masyarakat Luwu datang ke masjid," jelasnya.
(urw/alk)