Nama Saranjana, kota gaib di Kalimantan Selatan banyak dikaitkan dengan beragam kosa kata yang penyebutannya mirip. Ada yang menyebutnya mirip kata terajana hingga saranghaeyo.
Mendengar kata terajana tentu sudah tidak asing lagi. Kata ini dipopulerkan Roma Irama melalui lagunya yang berjudul serupa. Lantas, apa kaitannya Saranjana dan teranaja?
Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur mengatakan memang banyak masyarakat yang mencocokkan nama Saranjana dengan berbagai kosa kata yang agak mirip. Hal ini tak terlepas dari rasa penasarannya terhadap kota gaib nan megah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, secara penyebutan kedua kata itu memang punya kemiripan. Namun jika ditelaah lebih jauh, arti dari kata terajana sangat jauh dari karakteristik Saranjana yang sudah didukung dengan fakta-fakta autentik.
"Tetapi yang jelas terajana dalam lagunya Roma Irama itu artinya apa kabar. Jauh bedanya. Yang ada dekat-dekat hubungannya ya itu (di masa) Hindia Belanda," ujar Mansyur saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (3/2/2023).
Kemudian ada kata Saranghaeyo. Kata ini pun sudah tidak asing lagi bagi penggemar lagu ataupun drama Korea. Namun kata ini juga tidak ada kaitannya dengan Saranjana.
"Berbeda, sarang dalam Bahasa Korea artinya cinta. Sementara arti terajana tidak begitu jelas. Ada yang mengartikannya dengan apa kabar," imbuhnya.
Secara ilmiah, Mansyur menyebut memang ada fakta-fakta mental di pikiran masyarakat pendukung kepercayaan tentang mitos Saranjana di Kotabaru. Intinya, bila ada yang sengaja mencari daerah Saranjana, kebanyakan mereka tidak akan menemukannya.
Selain deretan fakta dari sumber Hindia Belanda yang sejauh ini dirasa autentik, memang ada sumber lain, termasuk dari mitos. Mansyur pun menyebut untuk membuat mitos menjadi nyata, harus dimulai dari kemitosannya.
Hal pertama, melihatnya dari sudut pandang bahasa karena sejarah ditulis dengan bahasa. Sementara bahasa menjadi simbol dari kumpulan kata. Dari sudut pandang ini, kata dia, keberadaan nama Saranjana, Sarangjana, atau Serandjana dalam tulisan naturalis Belanda, memiliki kesamaan toponim dengan Sarangtiung.
"Wilayah Saranjana ada di wilayah selatan Pulau Laut. Sementara daerah Sarangtiung di wilayah utara Pulau Laut. Bukan anomali. Apakah unsur kesamaan ini menunjukkan hubungan? perlu pendalaman. Hal yang pasti, menunjukkan tempat berupa 'sarang'," kata Mansyur.
Dia lalu mengatakan pembuktian unsur kesejarahan dalam konteks lingua-historis hanya akan sampai di situ karena datanya minim. Belum ada sumber yang menunjukkan adanya hubungan kedua wilayah ini. Sehingga, disimpulkan bahwa pendapat ini hanya pencocokan alias cocoklogi yang belum bisa mencapai taraf hipotesa.
Selanjutnya secara terminologi, jika dikomparasikan dengan kosakata India, Saranjana berarti tanah yang diberikan. Hal ini diungkapkan sejarawan India, S.D. Chaudhri dalam "Indian Cases" dalam buku terbitan Law Publishing Press tahun 1917.
"Memang cukup jauh apabila mencari perbandingan sampai ke India. Tidak salah memang. Faktanya orang-orang India memakai nama ini. Sebut saja nama orang India, Saranjana Kulkarni. Nama perusahaan Saranjana Manufac-turing, dan sebagainya," ujarnya.
"Akan tetapi, pendapat yang kedua ini, lagi-lagi hanya bertaraf menjadi pencocokan (cocoklogi). Karena terbentur data. Belum pernah ditemukan peninggalan "wujud budaya" hasil indianisasi di Pulau Laut," imbuhnya.
(asm/alk)