Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Unru mendapat sorotan usai menyebut rakyat sebagai budak politik saat menerima mahasiswa yang menggelar demonstrasi. Andi Unru berdalih perkataannya dipotong massa saat hendak memberikan penjelasan secara utuh.
Momen itu terjadi saat massa dari Aliansi Mahasiswa Bone berdemo di kantor DPRD Bone pada Senin (10/2/2025). Massa berunjuk rasa menyampaikan aspirasinya terkait dugaan pungutan liar (pungli) di objek wisata Tanjung Pallette.
Momen Andi Unru menyebut rakyat sebagai budak politik terekam kamera yang viral di media sosial. Andi Unru didampingi Ketua DPRD Bone Andi Tenri Walinonong saat menerima massa aksi unjuk rasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ini wakil rakyat, kami pahami wakil rakyat cuman rakyat sekarang menjadi budak politik. Karena rakyat selalu dibayar," sebut Andi Unru dalam video beredar.
Omongan Andi Unru memantik emosi pendemo. Massa menganggap perkataan Andi Unru merendahkan dan memprovokasi massa aksi.
"Tuduhan yang mengarah kepada kami terkait aksi kami yang dibayar jelas sangat tidak mendasar. Itu tidak benar, kami tidak dibayar atau pun ditunggangi oleh siapa pun," kata Koordinator Lapangan (Korlap) Aliansi Mahasiswa Bone Angga Prayuda kepada detikSulsel, Selasa (11/2).
Angga mendesak pimpinan DPRD Bone untuk mengkaji dugaan pelanggaran di balik pernyataan Andi Unru. Dia menilai pernyataan itu mencederai lembaga pemerintahan dan melukai hati masyarakat.
"Jelas ini mencederai lembaga pemerintahan yang beliau jabat saat ini serta mengkhianati amanah yang diberikan rakyat, dan tentu saja melukai perasaan kami sebagai pembawa aspirasi rakyat," ucap Angga.
Andi Unru Nilai Pendemo Salah Paham
Dikonfirmasi terpisah, Andi Unru mengakui telah melontarkan pernyataan yang menyebut rakyat sebagai budak politik. Andi Unru berdalih massa demo telah salah memahami omongannya terpotong.
"Saya mau kemarin itu bantulah kami, tapi sebelum selesai berbicara dia (pendemo) langsung potong bilang kami tidak dibayar di sini. Adik-adik mahasiswa salah tanggapan, dia kira saya tujukan dirinya bahwa datang ke DPRD dibayar," ujar Andi Unru kepada detikSulsel, Selasa (11/2).
Legislator Partai Gerindra itu beralasan pernyataan itu terlontar saat massa hendak dibawa masuk ke dalam ruangan menyampaikan aspirasinya. Andi Unru beralasan bahwa dirinya justru menegaskan bahwa rakyat harus terbebas dari perbudakan politik.
"Kami siapkan di ruang aspirasi, kemudian dibawa ke ruang banggar. Namun mendesak ke ruang paripurna, makanya saya sampaikan tolong kita sama-sama melepaskan rakyat ini dari perbudakan politik," ucapnya.
Andi Unru pun mendorong agar mahasiswa turut membantu rakyat dalam memberikan edukasi politik. Dia kembali menegaskan bahwa tidak ada maksud untuk melukai atau merendahkan masyarakat khususnya pendemo karena perkataannya yang tidak didengar secara utuh.
"Maksud saya kemarin bagaimana kita ini adik-adik mahasiswa selaku punya pendidikan memberikan pemahaman politik kepada rakyat kita yang tidak punya pendidikan. Supaya mereka lepas dari perbudakan politik," jelasnya.
(sar/hsr)