Seorang warga bernama Wendi (39) di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengaku dianiaya oleh oknum polisi di Polsek Ajangale. Korban mengalami luka di sekujur tubuh.
"Betul, saya dihajar oleh Pak AI, Kanit Reskrim Polsek Ajangale. Di polsek saya dipukul," ujar Wendi kepada detikSulsel, Sabtu (6/7/2024).
Wendi menceritakan, peristiwa penganiayaan bermula ketika dirinya baru saja pulang dari sidang perdana gugatan perceraian yang diajukan istrinya, HL (40) di Pengadilan Agama Bone, Kamis (27/6). Setelah sidang, Wendi mengatakan istrinya sempat singgah di Polsek Ajangale, sementara dirinya singgah di rumahnya di Dusun Tanrung 2, Desa Lebbae, Kecamatan Ajangale.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian saya ditelepon sama Pak AI. Setelah salat Magrib mau ke polsek, tiba-tiba ada orang bilang ada mobil ta singgah di polsek. Saya bilang mungkin mamanya itu bawa mobil karena dari Bone ikuti sidang," bebernya.
"Jadi saya ke polsek bawa anakku. Langsungka na liat itu istriku, langsung na balap mobilnya. Akhirnya saya dicari sama polisi karena dipikir saya mau culik istriku," sambung Wendi.
Dia mengatakan, polisi melakukan pencarian terhadap dirinya sekitar pukul 23.00 Wita. Namun Wendi baru mendatangi Polsek Ajangale keesokan harinya pada Jumat (27/6).
"Kemudian saya dicari jam 11 malam, tapi saya kasih pulang anakku dulu. Besoknya hari Jumat sebelum salat Ashar saya ke Polsek Ajangale ketemu kapolsek untuk menyampaikan butuh perlindungan, jangan sampai ada kesalahpahaman dan istriku melapor tidak-tidak. Tetapi kapolsek bilang tunggu mi Pak AI," katanya.
Wendi pun menunggu AI di Polsek Ajangale agar bisa dimintai keterangan. Dia mengaku menunggu hingga tengah malam sesuai arahan Kapolsek dan sampai akhirnya tertidur di polsek.
"Pak kapolsek bilang untuk tunggu Pak AI. Jam 2 malam saya tertidur dan dibangunkan oleh Pak AI langsung dihajar pakai kayu dan diseret sampai ke ruangannya. Di dalam ruangannya membabi buta hantamka, dia pakai kayu bundar besar, kemudian selang," ungkap Wendi.
Tidak hanya itu, kata Wendi, AI lalu memintanya untuk berdiri dan langsung menghajar mukanya. Dia mengaku sempat berteriak dan memohon ampun saat penganiayaan terjadi.
"Itu di dalam ruangan saya disuruh tegak dan bilang 'jangan pejamkan matamu', baru na hajar mulutku pakai kayu sampai keluar darah. Baru na suruh ka kasih lurus kakiku baru na hantam. Saya berteriak 'ampun pak, ampun pak'. Dia bilang 'baru ekstranya ini, besok malam kita ketemu lagi'," tutur Wendi.
Wendi mengaku baru meninggalkan Polsek Ajangale pada Sabtu (28/6) sekitar pukul 10.00 Wita. Dia pun mengaku akan melaporkan masalah ini ke Polres Bone.
"Saya keluar dari polsek jam 10. Saya heran, kenapa saya dianggap tahanan. Saya mau melapor besok, dan saya ditemani juga sama keluarga. Jujur, saya depresi, saya takut-takut kalau lihat polisi," sebutnya.
Sementara itu, Kapolres Bone AKBP Arief Doddy Suryawan mengaku baru akan mengecek dugaan penganiayaan itu. Dia juga menyebut sudah meminta Propam Polres Bone untuk melakukan penelusuran.
"Sudah saya minta Propam untuk cek," singkatnya.
(asm/ata)