Pemkab Bone Usulkan 100 Ribu Ton Pupuk Subsidi ke Kementan

Pemkab Bone Usulkan 100 Ribu Ton Pupuk Subsidi ke Kementan

Agung Pramono - detikSulsel
Jumat, 05 Apr 2024 10:30 WIB
Kadis TPHP Bone Andi Asman Sulaiman.
Foto: Kadis TPHP Bone Andi Asman Sulaiman. (Agung Pramono/detikSulsel).
Bone -

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengusulkan 100 ribu ton tambahan pupuk subsidi ke Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pupuk yang sebelumnya dikeluhkan petani.

"Untuk pupuk subsidi, kita sudah mengusulkan alokasi sebesar 100 ribu ton pupuk. Itu terdiri dari 50 ribu ton Urea dan 50 ribu ton Phonska," ujar Kepala Dinas (Kadis) TPHP Bone Andi Asman Sulaiman dalam keterangannya, Jumat (5/4/2024).

Andi Asman mengatakan, pengusulan tambahan pupuk subsidi tersebut menindaklanjuti surat Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian RI Nomor: B-78/SR.210/B/03/2024. Surat tersebut menyampaikan bahwa alokasi tambahan pupuk bersubsidi untuk Sulsel telah terbit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara nasional volume pupuk bersubsidi tahun 2024 sebanyak 9,55 juta ton. Makanya kita bergerak cepat mengusulkan tambahan pupuk subsidi untuk mengatasi kelangkaan pupuk di petani," katanya.

Andi Asman menuturkan pengalokasian pupuk subsidi ke depan harus sesuai Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Sejauh ini pihaknya sudah melakukan pendataan berdasarkan kebutuhan petani.

ADVERTISEMENT

"Semua nanti harus sesuai kebutuhan. Apalagi usulan tersebut sudah by data karena luas wilayah Bone yang meliputi berbagai sektor pertanian, hortikultura, dan perkebunan tentu membutuhkan alokasi pupuk yang besar," bebernya.

"Kita sangat optimis dengan tambahan anggaran pupuk subsidi bisa mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk. Selain itu, diharapkan produktivitas petani akan terus meningkat," sambung Andi Asman.

Diberitakan sebelumnya, petani di Bone mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk subsidi. Petani bahkan mengambil pupuk dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhannya.

"Saya dapat kabar untuk satu hektar sawah, jatah pupuknya hanya 3 sak. Ini sama halnya membunuh petani," ujar anggota Kelompok Tani Pattuku, Imran Kamis (8/2).

Imran mengaku selalu mengambil pupuk dari daerah luar untuk menutupi kekurangan. Hal tersebut terpaksa dilakukannya karena harga pupuk non subsidi sangat mahal.

"Kadang kami ambil dari luar Bone pupuk tambahan. Kami mau beli non subsidi harganya juga mahal lebih Rp 600 ribu kayak NPK Phonska Plus," bebernya.




(hsr/sar)

Hide Ads