Pemkab Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkap harga beras tembus menjadi Rp 15.500 per kilogram (kg). Pihaknya mengklaim harga beras tidak mengalami kenaikan drastis lantaran dilakukan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Makanya di Bone tidak terlalu langsung naik drastis karena ada beras SPHP ini kita keluarkan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bone Muh Angkasa kepada detikSulsel, Selasa (27/2/2024).
Angkasa menjelaskan, program beras SPHP yang dikerjasamakan dengan Bulog ini tersebar di 90 kios. Harga jual beras SPHP hanya Rp 10.900/Kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu memang sudah langsung ke kios-kios pasar penjual, sudah ada di Pasar Sentral Palakka, Pasar Bajoe, dan beberapa tempat sudah mulai terisi. Jadi beras ini tidak boleh dijual di atas harga itu, dan ini ada tersebar di 90 kios yang kita rekomendasikan," paparnya.
Angkasa mengklaim kenaikan harga beras di Bone masih lebih rendah dibanding daerah lainnya. Program yang dilakukan Pemkab Bone disebut bisa menstabilkan harga.
"Kita masih di harga Rp 15.000. Sedangkan daerah lain telah menyentuh angka Rp 18.000," ucapnya.
Menurut Angkasa, harga beras naik dipenagruhi dipengaruhi oleh suplai yang kurang di seluruh wilayah. Selain itu saat ini belum memasuki masa panen.
"Memang masih kurang barang di pasar. Apalagi belum memasuk musim panen," beber Angkasa.
Dia berharap lonjakan harga beras di Bone bisa terus ditekan. Pemerintah pusat juga sudah menyalurkan bantuan beras bagi masyarakat miskin.
"Selain itu ada program 3.985 ton bantuan beras yang sebelumnya telah diluncurkan dari pemerintah pusat ke masyarakat miskin ekstrem, yang mana distribusinya masih terus berjalan. Harapannya stabilitas harga ini terus terjaga atau minimal bisa menahan laju kenaikan harga beras di tengah masyarakat," tutur Angkasa.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Bone Hamzah Sunusi mengakui harga beras naik bertahap. Harganya kini sudah berada di angka Rp 15.500/Kg.
"Sekarang harga beras di Bone naik dari Rp 13.600 menjadi Rp 15.500. Kenaikan itu sudah terjadi sejak minggu lalu," kata Hamzah.
Hamzah menuturkan, kenaikan harga itu terjadi hampir di semua pasar tradisional baik itu di Pasar Bajoe, atau pun Pasar Palakka. Kenaikan disebabkan memang karena minimnya stok beras.
Dia menambahkan, musim kemarau panjang yang telah berlangsung beberapa bulan mengganggu produksi petani. Hal itu mengakibatkan bergesernya musim tanam dan musim panen.
"Seperti biasanya musim panen di bulan Desember, Januari, Februari diperkirakan akan berpindah ke bulan Maret, April, Mei. Sehingga mengakibatkan stok kurang bahkan cenderung kosong dan harga beras terus mengalami kenaikan yang signifikan," pungkasnya.
(sar/asm)