Warga Desa Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) menciptakan alat deteksi dini angin kencang. Alat ini diklaim mampu mengurangi risiko dampak bencana.
Kepala Desa Massenrengpulu Wahyudi mengungkapkan, detektor angin kencang tersebut sebagai alat mitigasi bencana. Lahirnya alat itu dipicu atas keresahan wilayahnya langganan bencana angin kencang.
"Alat ini sebagai alat mitigasi bencana. Desa Massenrengpulu langganan angin kencang di akhir tahun hingga bulan Maret," kata Kepala Desa Massenrengpulu Wahyudi saat ditemui detikSulsel pada Selasa (26/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyudi menyebut, alat ini bisa mendeteksi 3 tahap, yakni status siaga, waspada, dan awas. Ketika angin berhembus dengan kecepatan di atas 30 kilometer/jam maka akan langsung dideteksi oleh sensor angin (anemometer).
"Data kecepatan angin yang terdeteksi, langsung diolah oleh sistem mikrokontroler menjadi sebuah pesan peringatan. Pesan peringatan secara otomatis akan terkirim ke nomor HP warga yang telah ter-input di sistem," sebutnya.
Pengiriman pesan peringatan diatur dengan 3 tingkatan status. Pertama, angin kecepatan di atas 30 km/jam maka akan mengirim SMS peringatan Awas.
Selanjutnya, angin kecepatan di atas 50 km/jam maka akan mengirim SMS peringatan Waspada. Sementara yang ketiga, angin kecepatan di atas 60 km/jam maka akan mengirim SMS peringatan Awas dan segera ke tempat evakuasi.
"Ketika kecepatan angin membahayakan atau dalam status waspada dan awas, akan ada bunyi sirine juga. Informasinya akan ada pemberitahuan langsung untuk melakukan evakuasi. Kita sudah siapkan jalur evakuasinya untuk langsung berkumpul di lapangan sepak bola," bebernya.
Wahyudi menambahkan, alat deteksi angin kencang yang diinisiasi Ketua Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Desa masih akan terus dikembangkan. Bahkan diharapkan bisa dihadirkan di tiap dusun.
"Ke depannya untuk lebih efektif harus disiapkan di masing-masing dusun. Dan itu yang akan kami upayakan secepatnya," jelas Wahyudi.
Sementara Ketua Posyantek Desa Massenrengpulu Arham menuturkan, alat ini sebenarnya berawal dari beragam teori alat mitigasi bencana angin. Awalnya hanya sebatas untuk mengukur kecepatan angin saja.
"Tetapi kami kembangkan alat ini dengan teknologi sms gateway dan informasinya di monitoring ke tempat-tempat umum. Dan alat ini alat pertama kali di Sulawesi Selatan," ungkap Arham.
Arham mengutarakan, kendala saat pembuatan alat deteksi angin kencang ini karena bahan bakunya sulit didapatkan. Semua harus dipesan secara online dari Pulau Jawa.
"Alat yang paling susah dicari adalah kalibrasi, alat dengan kecepatan angin di suatu tempat. Sebagian besar komponen elektronika yang digunakan harus dipesan dari Jakarta dan Surabaya karena di Makassar belum ada," imbuhnya.
Mahasiswa semester 8 Jurusan Teknik Elektro UNM menjelaskan produksi alat deteksi angin kencang ini membutuhkan waktu 2 minggu. Biaya produksinya hampir Rp 10 juta untuk satu unit.
"Lama pengerjaan alat ini hanya 2 minggu. Untuk biaya keseluruhan tidak sampai Rp 10 juta. Alat ini bisa membuat masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan," tandasnya.
(sar/asm)