Eks kapten PSM Makassar Zulkifli Syukur menyesalkan kerusuhan suporter usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang. Zulkifli lantas menyoroti prosedur pengamanan aparat hingga menembakkan gas air mata saat tragedi Kanjuruhan yang menelan korban jiwa.
"Tapi yang saya sayangkan sikap dari aparat, karena setelah saya menonton berulang kali (lewat video). Saya memang tidak melihat langsung, (tetapi) sudut pandang saya berbeda dengan orang langsung yang datang ke stadion. Saya melihat kenapa suporter berlarian ke dalam (lapangan) mungkin karena salah satunya untuk menghindari daripada gas air mata (yang ditembakkan aparat)," kata Zulkifli Syukur kepada detikSulsel, Minggu (2/10/2022).
Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/9) malam. Kericuhan terjadi usai Bajul Ijo berhasil meraih poin penuh di kandang Singo Edan dengan skor tipis 2-3.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemain yang pernah membela Arema FC musim 2008 hingga 2011 ini menjelaskan, penembakan gas air mata ke arah suporter Singo Edan yang berada di tribun menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan pada tragedi Kanjuruhan.
"Setelah penembakan gas air mata, selain mengganggu penglihatan tentu mengganggu dalam hal pernapasan. Di situlah mungkin terjadi korban akhirnya banyak teman suporter yang terinjak dari kejadian seperti itu," tuturnya.
Pria yang kerap disapa Zul ini juga mempertanyakan terkait kebijakan penembakan gas air mata pada pertandingan resmi seperti pada kompetisi tertinggi Indonesia tersebut. Pasalnya, Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) secara tegas melarang hal tersebut.
"Mungkin dari penanganan keamanan saya tidak tahu yah prosedurnya dari teman-teman kepolisian soal penanganan seperti itu," imbuh Zul yang kini menjadi asisten pelatih salah satu klub Liga 3 Adhyaksa Farmel.
Pemain yang mengantongi lisensi A AFC mengatakan, penting bagi bagi PSSI dan PT LIB sebagai penyelenggara melakukan koordinasi dengan aparat pengamanan. Agar jalannya laga tetap sesuai regulasi FIFA.
"Inilah yang perlu kita duduk bersama baik dari PSSI LIB sebagai penyelenggara kompetisi dan pihak kepolisian tentunya bagian dari keamanan. Jadi sebelum kompetisi bergulir semua harus diketahui dulu sebagaimana prosedur pengamanan jika terjadi kerusuhan," tegasnya.
(afs/sar)