Tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai Laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya merenggut korban tewas 127 orang. Jumlah korban dalam tragedi ini melampaui kasus Hillsborough yang terjadi di Inggris pada tahun 1989.
Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam WIB tersebut, Arema FC harus menelan kekalahan 2-3 dari Persebaya Surabaya. Suporter Arema FC, Aremania yang tak terima dengan hasil tersebut menerobos masuk ke lapangan dan membuat onar.
Mereka juga merusak mobil polisi dan membakar benda-benda yang ada di dalam stadion yang menyebabkan kerusuhan tak terhindarkan. Pihak aparat yang bertugas mengamankan lokasi pun berupaya memukul memukul mundur suporter dengan cara menembakkan gas air mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai gas air mata ditembakkan, penonton pun panik dan berlarian dan menyebabkan korban jiwa berjatuhan. Dilaporkan sebanyak 127 orang tewas akibat tragedi tersebut.
"Telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," ujar Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta kepada wartawan di Polres Malang, seperti dilansir dari detikJatim, Minggu (2/10/2022).
Nico menyebutkan, sebanyak 34 korban meninggal di dalam stadion. Sementara korban lainnya meninggal saat dalam proses pertolongan di rumah sakit.
Tragedi ini menjadi pukulan telak untuk Indonesia dan khususnya dunia sepakbola. Sebelumnya, di tahun 1989, kasus serupa pernah terjadi yaitu kerusuhan Hillsborough di Inggris.
Sebanyak 96 orang dilaporkan tewas akibat peristiwa tersebut, mereka semua adalah pendukung Liverpool. Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam sejarah sepakbola Britania Raya.
Korban yang meninggal saat kerusuhan terjadi sebanyak 95. Sementara, satu orang lagi meninggal setelah mendapatkan perawatan, sehingga jumlah korban menjadi 96 orang.
Dari jumlah korban tersebut, 89 di antaranya laki-laki serta 7 orang perempuan. Berdasarkan umur, kebanyakan berusia di bawah 30 tahun serta 13 orang di bawah usia 20 tahun. Korban termuda adalah seorang laki- laki berusia 10 tahun.
Berdasarkan hasil penyelidikan dinyatakan bahwa tragedi tersebut terjadi akibat kelalaian dari pihak kepolisian. Penyebab tragedi tersebut baru terjawab setelah puluhan tahun kemudian. Hal ini membuat (mantan) PM Inggris David Cameron pun menyatakan permintaan maaf kepada para keluargakorban.
(urw/sar)