Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menjatuhkan sanksi larangan bermain 5 laga untuk Kapten PSM Makassar Wiljan Pluim. Penyebabnya karena Pluim berbicara kotor kepada wasit.
Hal tersebut terjadi saat PSM melakoni laga tandang melawan Persik Kediri di Stadion Brawijaya, Kediri, Jumat (2/9) lalu. Pluim diganjar kartu kuning oleh wasit Zetman Pangaribuan di penghujung babak pertama.
Pluim yang tak terima kartu kuning tersebut, lantas mengucapkan sesuatu hingga diganjar kartu merah langsung oleh wasit Zetman Pangaribuan. Hal tersebut kian diperparah karena para pemain Persik ikut mengompori wasit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di dalam surat (Komdis PSSI) itu ada kata-kata kotor. Tetapi kan tidak juga seperti itu. Jadi kartu merahnya (sanksi) 1 laga plus 4. Jadi totalnya 5 kali sanksi," kata Direktur Utama PSM Makassar, Munafri Arifuddin kepada detikSulsel, Minggu (11/9).
Terkait sanksi ini, pria yang akrab disapa Appi ini akan mengajukan banding. Menurutnya, sanksi tersebut sudah tidak sesuai regulasi yang ada.
"Kita akan banding terkait hal ini untuk memperjelas. Dari sudut kacamata apa mereka (PSSI) mengeluarkan sanksi itu," kesalnya.
Appi berharap, agar hukuman yang diberikan kepada Pluim dapat dicabut. Atau paling tidak dikurangi hukumannya.
"Masa 4 laga sanksi, gila aja. Kan sudah kartu merah saja. Sudah selesai. Lagian kata-kata kotor itu keluar kan bukan tanpa alasan," tegasnya.
Terkait sanksi Pluim ini, Pelatih PSM Makassar Bernardo Tavares mengutuk keras keputusan PSSI. Ia menyebut keputusan tersebut sangat tidak adil dan merugikan PSM Makassar.
"Ini betul-betul tidak adil buat PSM Makassar. Saya sudah lihat pertandingan semuanya, saya tidak bisa lihat sesuai pelanggaran tersebut dan dia harus mendapat 5 hukuman tidak bertanding," kesal Bernardo sambil menggebrak meja usai pertandingan melawan Persebaya, Sabtu (10/9).
Pelatih asal Portugal itu pun menantang wasit dan PSSI untuk menjelaskan terkait aturan yang dipakai dalam setiap pertandingan. Sebab hukuman tersebut sangat tidak masuk akal.
"Saya ingin diberi pemahaman tentang aturan seperti apa yang mereka jalankan. Hukuman ini sangat tidak masuk akal!," ketusnya.
(ata/sar)