Liga 1 musim 2022/2023 sungguh akan berbeda, terutama bagi kita pencinta dan suporter PSM. Setidaknya kita tak perlu lagi keluar ongkos banyak untuk naik pesawat atau terombang-ambing di atas kapal laut demi mendukung klub kesayangan.
Laga home kembali akan digelar di Sulawesi Selatan (Sulsel), meski bukan lagi di Stadion Mattoanging yang penuh sejarah dan kisah itu. Kalau masing-masing kita membuat testimoni singkat saja soal Mattoanging, Makassar, entah berapa buku yang bisa jadi.
PSM akan membuka lembaran baru, pertandingan kandangnya di Stadion Gelora Mandiri BJ Habibie Parepare, sebuah stadion di Kota Parepare, yang jika dipotret dari udara, terlihat begitu teduh karena dikelilingi pohon dan sawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan basis suporter terbesar di Kota Makassar, itu akan menjadi tantangan tersendiri. Anggaplah PSM main malam dan bukan saat weekend, mereka yang bekerja sebagai karyawan dipastikan akan masuk kantor dengan wajah lesu dan ngantuk.
Tetapi itu adalah pilihan paling bijak saat ini. Kita mesti berterima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Kota Parepare yang telah berusaha sangat keras. PSSI kemudian memutuskan Stadion Gelora Mandiri BJ Habibie sesuai standar Liga 1.
Stadion Mattoanging tak bisa lagi diandalkan. Bahkan tinggal namanya. Tinggal puing bangunan dan kubangan air yang telah menelan banyak korban jiwa.
Ucapan terima kasih juga mesti kita sampaikan kepada pemerintah dan masyarakat Kabupaten Gowa. Karena ternyata di daerah yang selama ini rutin melahirkan pemain berbakat untuk PSM itu, bersemayam dua lapangan dengan rumput sangat indah. Pelatih PSM, Bernardo Tavares penuh senyuman saat meninjau Lapangan Syekh Yusuf dan Stadion Kalegowa.
Bernardo Tavares setuju memboyong anak asuhnya latihan di Kabupaten Gowa. Wiljan Pluim dkk akan berlatih rutin di situ, setiap hari melewati gerbang Kota Makassar, untuk menempa fisik dan skill mereka menjelang setiap laga di liga.
Nah, para pemain, pelatih, hingga ofisial PSM mesti terbiasa dengan rute itu. Ke Gowa terlebih dahulu untuk latihan, kembali ke Makassar untuk istirahat, lalu kembali menempuh jalur darat ke Parepare untuk pertandingan resmi. Google bilang jaraknya 150 kilometer.
Pertanyaannya sekarang, ada apa dengan Kota Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan? Tim sebesar dan selegendaris PSM nyaris tak lagi bisa nyaman di kota asalnya. Untuk latihan pun harus mencari tempat di luar kota.
Di situlah kita juga layak mengucap terima kasih kepada Direktur Utama PSM, Munafri Arifuddin yang tetap menjadikan PSM sebagai PSM Makassar bukan PSM lainnya. Padahal jika melihat situasinya, bisa saja PSM tak lagi menyematkan kata "Makassar" di belakang namanya.
Tetapi PSM tetaplah PSM Makassar. Meski cintanya pada Makassar tampak bertepuk sebelah tangan.
Sadakati Sukma Sekretaris Jenderal Red Gank (Suporter PSM Makassar)
(ata/nvl)