Pengamat politik yang juga Direktur Nurani Strategic Nurmal Idrus menyebut elektabilitas pasangan calon (paslon) pada Pilwalkot Makassar 2024 terus bergerak dinamis. Nurmal pun mengingatkan paslon mewaspadai swing voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan.
"Kalau daerah lain, kan, tingkat loyalitas dan militansi pendukung sangat kuat. Kalau di Makassar itu, kan, goyang-goyang sebenarnya," ujar Nurmal kepada detikSulsel, Minggu (13/10/2024).
Diketahui, lembaga Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru elektabilitas empat paslon Pilwalkot Makassar 2024. Hasilnya, Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) 36,7%. Di bawahnya ada Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi (INIMI) 25%. Selanjutnya, Andi Seto Gadhista Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (SEHATI) 18,9%. Sementara, Amri Arsyid-Abdul Rahman Bando (AMAN) 3,6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Nurmal, meski selisih elektabilitas antara MULIA dan INIMI mencapai 11% atau berada di luar margin error Β± 3,5%, anomali suara bisa saja terjadi mendekati hari pemungutan suara. Hal itu, kata dia, bisa dipengaruhi berbagai faktor.
"Dengan kondisi seperti ini, dengan kondisi selisih 11%, sebenarnya di luar margin error, relatif aman. Cuma, anomali suara yang tidak bisa kita prediksi," katanya.
"Jangan sampai, misalnya, di terakhir ada gerakan yang dilakukan oleh dua kandidat (INIMI dan SEHATI) yang mengejarnya ini. Makassar ini, kan, tingkat loyalitas pemilih tergolong rendah. Mereka banyak didorong dua hal. Pertama, tawaran program yang disampaikan. Kedua, manfaat apa yang sebenarnya yang diterima oleh pemilih, manfaat langsung dan manfaat tidak langsung," terangnya.
Kondisi seperti itu, kata Nurmal, bukan hanya terjadi di Makassar, tetapi juga wilayah perkotaan lainnya. Dari sudut pandangnya, tingkat kesejahteraan maupun pendidikan masyarakat sangat memengaruhi persepsi terhadap paslon.
"Memang perkotaan seperti itu. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tergolong sebagian besar rendah, tingkat pendidikan masyarakat, makanya perubahan elektabilitas, perubahan persepsi, itu sangat mungkin terjadi di Makassar," tuturnya.
Di luar itu, Nurmal menilai MULIA mengalami stagnasi dalam pergerakan elektabilitas yang dari sebelum-sebelumnya memang berkisar antara 36% hingga 40%. Sementara, kata dia, INIMI dan SEHATI justru menunjukkan pergerakan signifikan.
"Saya melihat ini, Appi yang agak stagnan, ya. Appi itu memang berputarnya di angka 36% sampai 40%. Kalau dilihat dari kondisi pergerakan lapangan, memang ada dua kandidat ini di bawah yang kencang. Pertama, Seto. Kedua, Ibu Indira," katanya.
Menurutnya, strategi door to door yang diterapkan INIMI melalui struktur RT/RW yang dibangun suami Indira, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan 'Danny' Pomanto, sangat efektif dalam menjangkau pemilih. Sementara, kata dia, SEHATI meskipun tidak sekuat INIMI, tetap menunjukkan gerakan cukup masif melalui mobilisasi massa.
"Ibu Indira ini menggunakan struktur di level RT/RW yang dipelihara oleh Pak Danny kemarin. Menurut saya, itu sangat efektif karena mereka secara door to door atau rumah tangga. Sementara, Seto juga bergerak, walaupun tidak sekencang struktur Ibu Indira, tetapi bersosialisasi juga kencang. Banyak sekali program-program sosialisasinya yang saya lihat lebih menekankan pada mobilisasi massa," bebernya.
"Jadi, dua hal strategi itu, door to door dan mobilisasi massa, memang sangat efektif dalam pergerakan untuk meningkatkan elektabilitas. Itu, kan, menyangkut dengan jangkauan pemilih," tambahnya.
Menurutnya, MULIA perlu mengambil langkah untuk mengimbangi pergerakan pesaingnya dengan menggabungkan strategi-strategi tersebut guna menahan laju kenaikan elektabilitas INIMI maupun SEHATI.
"Appi memang ada saya lihat penurunan dalam laju elektabilitas karena ada kondisi stagnan dari program-program, ya. Kalau saya, Appi dengan kondisi seperti di atas terus, dia harus mengimbangi pergerakan dari dua kandidat yang bersosialisasi terus di bawahnya," ucapnya.
"Tidak masalah dia mengombinasi antara pergerakan yang mengandalkan struktur door to door dengan mobilisasi massa. Dia harus lakukan itu. Kenapa? Untuk menahan laju kenaikan dua paslon di bawahnya," imbuhnya.
Nurmal menekankan bahwa tiga paslon teratas, yakni MULIA, INIMI, dan SEHATI, akan terus bersaing hingga akhir. Di sisi lain, kata dia, kemungkinan AMAN untuk memberikan kejutan tetap terbuka.
"(Apakah MULIA dan INIMI akan menguasai peta persaingan) agak sulit untuk memprediksi, ya, karena pergerakan Seto juga tidak bisa dianggap biasa-biasa saja. Jadi, menurut saya, tiga kandidat yang bersaing hingga akhir-lah. Tanpa menafikan kandidat Amri-Rahman," tuturnya.
(asm/ata)