Pimpinan pondok pesantren (ponpes) di Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof S dilaporkan ke polisi lantaran menampar santri inisial D (16). Pihak kampus sempat berdalih kondisi kesehatan Prof S tidak stabil saat menampar korban.
Insiden bermula saat para santri baru saja melakukan pengajian di dalam masjid Pesantren Datok Sulaiman Palopo pada Sabtu (13/9) pagi. Dalam video beredar, tampak para santri membubarkan diri di hadapan Prof S.
"Selesai pengajian subuh itu para santri seperti biasa setelah pengajian mengadakan salim kepada direktur pondok pesantren inisial S," ujar Kasat Reskrim Polres Palopo Iptu Sahrir kepada detikSulsel, Senin (15/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat bubar, sejumlah santri bergantian menyalami tangan pimpinan ponpes tersebut sebelum keluar dari masjid. Sementara korban D tiba-tiba dipanggil oleh terlapor lalu ditampar.
"Korban ini kemungkinan lupa (menyalami pimpinan ponpes), dia langsung mau lari keluar dan ditegur oleh terlapor," tuturnya.
"Saat korban mau melaksanakan salim dilakukan lah kekerasan itu, ditampar oleh terlapor pada bagian wajahnya," ujarnya.
Sahrir menuturkan, kasus ini masih dalam penyelidikan. Korban D sudah menjalani visum di rumah sakit.
"Korban itu ditampar sebanyak 3 kali dan sudah kami periksakan ke rumah sakit untuk mengambil visum," imbuhnya.
Terlapor Disebut Stroke Ringan
Yayasan Pesantren Modern Datok Sulaiman (PMDS) mengatakan kesehatan Prof S sebenarnya tidak stabil saat kejadian. Prof S disebut menderita penyakit stroke ringan.
"Pada saat bapak direktur melakukan penamparan kondisi kesehatan beliau dalam situasi yang tidak stabil dimana beliau menderita penyakit stroke ringan," ujar Pimpinan Kampus Putra PMDS, Sudarwin Tuo kepada wartawan, Selasa (16/9/2025).
Kendati demikian, pihak kampus tetap mengambil tindakan dengan cara menonaktifkan Prof S. Terlapor dinonaktifkan berdasarkan surat PMDS dengan nomor 021/PMDS-PA/PLP/IX/2025 tertanggal Senin (15/9).
"Jika pihak keluarga menempuh jalur hukum maka pihak pondok akan kooperatif memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh pihak terkait," katanya.
Lebih lanjut Sudarwin tetap mendorong agar kasus ini tidak berlarut-larut. Dia berharap kedua belah pihak dapat menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan.
"Pihak pimpinan kampus melakukan pendekatan kekeluargaan kepada korban dan kedua orang tua santri," jelasnya.
(hmw/hmw)