Tawuran antarkelompok di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), menimbulkan korban jiwa serta kebakaran rumah. Warga pun dibuat trauma buntut tawuran yang semakin beringas.
Awalnya, tawuran terjadi di Tallo pada Minggu (16/11) malam. Saat perang kelompok itu, warga bernama Nur Syam alias Sutte dilaporkan terkena tembakan dari senapan angin. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun dinyatakan meninggal pada Selasa (18/11).
"Iya (korban kena tembakan senapan angin di kepala), untuk sementara begitu perkiraannya, tapi masih dalam lidik belum kita ambil kesimpulan, apakah betul meninggal karena itu," kata Kapolsek Tallo AKP Syamsuardi, Selasa (18/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan, tawuran kembali pecah di Pekuburan Beroanging, Kecamatan Tallo, Selasa (18/11) siang. Perang kelompok yang diwarnai saling serang menggunakan batu, busur panah hingga petasan itu berujung pada terbakarnya rumah warga.
Kondisi itu pun direspons Pemkot Makassar serta aparat TNI-Polri untuk mempertemukan warga dalam pertemuan kamtibmas bersama Forkopimda Makassar di Aula SMKN 5 Makassar, Jalan Sunu, Kamis (20/11). Dari pertemuan ini, terungkap perasaan trauma warga buntut tawuran yang semakin beringas.
Warga RT 2, RW 5, Kelurahan Lembo bernama Ati (45) mengaku sudah sangat trauma dengan kondisi yang terjadi. Hal tersebut karena warga merasa sedang dalam bayang-bayang bahaya setiap harinya.
"Saya orang biasa, tapi saya kasihan teman-teman saya, masyarakat yang ada di RW 5 itu sudah trauma sekali. Tidak ada yang masuk di rumahnya karena adanya lagi yang mau membakar," ujar Ati.
Ati (45) warga Kelurahan Lembo, Kecamatan Tallo, Makassar. Foto: (Nur Hidayat Said/detikSulsel) |
Ati mengungkapkan kekhawatirannya karena ancaman itu dinilai bukan isapan jempol belaka. Warga sempat mendapati adanya bukti benda berbahaya berupa bom molotov yang masih ditemukan.
"Masih. Kenapa bilang masih? Karena itu buktinya ada yang membawa bom molotov yang didapat 1 orang itu," ungkapnya.
Selain rasa takut, warga juga menaruh curiga terkait sumber dana pelaku tawuran yang mampu memiliki senapan. Ati membandingkan pendapatan buruh harian yang minim dengan harga senapan yang dinilai tidak masuk akal jika dibeli sendiri.
"Coba kita bayangkan, kalau buruh harian gajinya berapa? Tukang (bangunan) Rp 150 ribu satu hari, kerja 30 hari (berarti) Rp 4,5 juta. (Itu) kalau kerja 30 hari, tapi kalau kerjanya cuma 1 minggu dalam 1 bulan, 2 minggu dalam 1 bulan, bisa tidak membeli itu senjata (yang dilakukan pelaku tawuran)?" ucapnya.
"Kira-kira kalau tidak ada yang mem-backing itu di belakangnya?" lanjutnya.
Warga pun mendesak aparat kepolisian bertindak tegas tanpa pandang bulu dalam menangani kasus ini. Penegakan hukum diharapkan berjalan transparan tanpa adanya intervensi yang bisa membebaskan pelaku.
"Harapan saya, jangan ada yang tebang pilih, kalau salah, salah. Jangan ada uang, keluar," tegasnya.
Pertemuan kamtibmas yang melibatkan jajaran forkopimda pun ditanggapi dingin jika tidak dibarengi aksi nyata berkelanjutan. Menurutnya, pertemuan formal hanya akan sia-sia dan membuang anggaran jika situasi di lapangan tidak berubah signifikan.
"Kalau saya, ini (pertemuan) sudah dua kali (dilaksanakan). Tidak ada artinya kalau tidak ditindak lanjut. Kalau kita begitu (pertemuan), buang-buang, anggaran yang habis," ketusnya.
Polisi Sulit Selidiki Kasus Tawuran
Sementara itu, polisi mengaku kesulitan menyelidiki rentetan aksi tawuran di Tallo. Penyelidikan terkendala sikap warga sekitar yang memilih bungkam dan enggan memberikan keterangan kepada petugas kepolisian.
"Kita datang ke sana juga, pada saat nanya, tidak ada ngomong. Tertutup. Tidak mau berbicara," ujar Plh Kapolrestabes Makassar Kombes M Ridwan kepada detikSulsel, Jumat (21/11).
Ridwan pun merasa heran dengan fenomena tutup mulut yang dilakukan masyarakat di wilayah tersebut. Menurutnya, warga seharusnya melapor atau berbicara jika ada masalah keamanan di lingkungannya.
"Itu saya tidak mengerti kenapa, ada apa, dan mengapa. Ini ada fenomena apa ini di seputaran Tallo ini. Tidak mengerti saya. Biasanya orang kalau ada masalah, ngomong toh. Ini tidak ngomong," katanya.
Dia mengaku menerima informasi terdapat beberapa korban akibat terkena busur hingga senapan angin saat tawuran. Hanya saja, para korban rupanya memilih menangani sendiri lukanya dan tidak membuat laporan polisi.
"Kalau tidak salah kemarin, saya dapat informasi, tapi saya belum konfirmasi ya, katanya banyak yang kena. Cuma, tidak ada laporan. Ada yang kena busur, tapi busurnya langsung dia cabut, ada yang kena tembakan, senapan angin. Tidak ada yang melapor," ungkapnya.
Dia menyebut para korban yang terluka bukanlah warga setempat melainkan orang luar. Sementara pelaku penyerangan disinyalir merupakan warga yang bermukim di dalam area tersebut.
"Itu kan korban yang kena semua itu, itu kan bukan warga ... tapi orang luar. Artinya, (pelakunya) orang di dalam, kayaknya loh. Mungkin, mungkin ya. Ini saya tidak bisa memastikan juga," tuturnya.
Polisi Nilai Sikap Warga Tak Wajar
Kondisi di lapangan dinilai sudah tidak wajar karena warga justru menanggapi dingin anggota kepolisian. Ridwan bahkan menyebut situasi sosial setempat sudah memprihatinkan.
"Malah katanya anggota hanya ketawa-ketawa mereka (warga setempat)," tambah Ridwan.
Dia mencurigai adanya pihak-pihak tertentu yang sengaja menunggangi konflik di Tallo sehingga situasi terus memanas. Situasi ini dianggap harus segera diselesaikan karena sudah tidak benar.
"Ini memang harus ini, sudah tidak betul ini semua. Ada yang mendomplengi ini," tegasnya.
Meski warga tertutup, Ridwan berharap masyarakat tidak terpengaruh dan tetap tenang. Pihaknya masih terus mencari cara untuk mengungkap kasus ini meski menghadapi kendala komunikasi.
"Karena memang bukan kita tidak ini, karena memang tertutup semua. Jadi, pertanyaannya apa maunya?" ucapnya.
Simak Video "Video: Tawuran Berujung Pembakaran di Makassar, 6 Rumah Hangus"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/asm)












































