Bentrokan antarwarga di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), kian marak terjadi beberapa waktu terakhir. Polisi menduga bentrokan dipicu konflik berkepanjangan yang terjadi pada tahun 1989.
Dugaan pemicu bentrokan itu diungkapkan Kapolrestabes Makassar Kombes Arya Perdana usai memimpin sertijab di Mapolrestabes Makassar, Senin (22/8/2025). Arya mengatakan bentrokan antarwarga ini masuk dalam atensi kepolisian.
"Tahun 89 (1989) itu masalahnya di sana itu (Tallo). Di situ ada permasalahan yang berlangsung lama sekali, ada ketersinggungan satu sama lain, kelompoknya itu," ungkap Arya kepada wartawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya belum merinci detail persoalan yang dimaksud. Namun pihaknya sementara mengupayakan agar ada kesepakatan untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini.
"Jadi (kami) berupaya mengumpulkan semuanya untuk dikonsolidasikan untuk ada kesepakatan atau mungkin ada hal-hal yang disepakati supaya tidak ada lagi terjadi perang kelompok," ujar Arya.
Dia turut mengungkap sejumlah kendala yang dialami kepolisian dalam menangani bentrokan warga di Tallo. Salah satunya karena masih banyak masyarakat yang memberi dukungan kepada pelaku tawuran dengan cara menonton.
"Kalau masyarakat masih menonton yah masih mendukung terhadap mereka (pelaku) tawuran. Dengan menonton yah memberikan support, yah nggak selesai-selesai," ungkapnya.
Dalam mengatasi masalah ini, Arya berharap masyarakat ikut berperan. Apalagi jumlah aparat yang diturunkan saat terjadi keributan di Tallo terbatas sehingga butuh kerja sama warga agar situasi tetap kondusif.
"Kami kan datang jumlahnya juga nggak terlalu banyak. Kalau melakukan penangkapan terhadap pelaku-pelaku ini tentu kami akan serius dalam menangani. Tapi di sisi lain masyarakat juga harus sama-sama membantu gitu yah, mendukung upaya dari kepolisian, tetap aman," ujarnya.
Saat ditanya soal dugaan adanya aktor yang menggerakkan warga hingga terjadi perang kelompok di Tallo, Arya enggan berspekulasi. Dia menyebut hal itu masih dalam pendalaman pihak kepolisian.
"Itu masih didalami (terkait aktor yang menggerakkan masyarakat di Tallo supaya perang kelompok)," pungkasnya.
Polisi Pastikan Penegakan Hukum
Selain itu, Arya menuturkan pihaknya kerap hadir setiap kali terjadi tawuran di lokasi tersebut. Dia menegaskan pelaku yang terbukti terlibat bentrokan akan ditindak secara khusus dan serius.
"Lalu kalau ada juga kami kejar pelaku-pelaku perkelahian antarkampung ini yang ada bukti pasti kami lakukan penanganan khusus dan secara serius untuk tindak pidananya," jelasnya.
Kapolsek Tallo Kompol Syamsuardi mengatakan kepolisian juga memperkuat pengawasan di wilayah kerap bentrok. Personel kini disiagakan sebanyak 30 orang untuk melakukan pengawasan.
"Sekarang kami lakukan penebalan, yang selama ini cuma Polsek Tallo yang menjaga sekarang ada kami dibackup oleh Polrestabes dari (unit) Jatanras, Samapta Polrestabes (Makassar) jadi yang jaga sekitar 30 orang," ujar Syamsuardi kepada wartawan, Senin (22/9).
Syamsuardi mengatakan pengawasan di wilayahnya itu diperketat dengan tambahan pasukan dari Polrestabes Makassar. 30 personel gabungan Jatanras dan Samapta itu disiagakan untuk berjaga 1x24 jam.
"Selama 1x24 jam (penjagaan dilakukan)," ucapnya.
Dia menyebutkan ada empat titik yang dijaga ketat personelnya. Keempatnya yakni Lorong 148 atau Kandea, Layang, Lembo, dan Sapiria. Namun, pos yang disiapkan bersifat mobile dan tidak menetap di satu lokasi.
"Ada 4 titik. Titik pertama 148, kedua Layang, ketiga Lembo, dan yang keempat di Sapiria. Namun tidak menetap di situ selalu mobile-mobile," pungkasnya.
Legislator Minta Camat-Lurah Bergerak
Anggota DPRD Makassar Basdir meminta camat hingga lurah untuk turun tangan dan tidak membiarkan persoalan ini berlarut-larut. Dia juga berharap ketua RT/RW ikut aktif memberikan pendekatan.
"Kami minta kepada aparat pemerintahan khususnya camat, lurah, untuk mencoba melakukan pendekatan persuasif juga ke tokoh-tokoh muda maupun tokoh-tokoh masyarakat yang ada di sana," kata anggota DPRD Makassar Basdir kepada detikSulsel, Senin (22/9).
Dia mengakui banyak mendapatkan laporan soal kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Bahkan dirinya sudah turun langsung berdiskusi dengan tokoh pemuda setempat.
"Iya kacau sekali di sana itu, hampir tiap hari perang akhir-akhir ini. Saya juga turun tangan langsung, saya sudah panggil beberapa teman-teman di daerah layang, Sapiria, Tinumbu (lorong) 148, Lembo, Kandea untuk bisa menahan diri dan jangan terprovokasi," katanya.
Dia juga berharap tokoh masyarakat khususnya para ketua RT/RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) turun tangan menyikapi persoalan ini. Warga juga diminta menahan diri untuk tidak terprovokasi jika ada pihak yang memancing untuk tawuran.
"Sehingga menurut saya, ini perlu kesadaran dan menahan diri, dan jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang disebar oleh oknum-oknum," jelasnya.
Simak Video "Video: Tawuran Berujung Pembakaran di Makassar, 6 Rumah Hangus"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/asm)











































