454 Kasus HIV/AIDS di Makassar Selama 2025 Didominasi Seks Sesama Pria

454 Kasus HIV/AIDS di Makassar Selama 2025 Didominasi Seks Sesama Pria

Nur Hidayat Said - detikSulsel
Rabu, 17 Sep 2025 18:00 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Makassar dr Nursaidah Sirajuddin.
Foto: Kepala Dinas Kesehatan Makassar dr Nursaidah Sirajuddin. (Nur Hidayat Said/detikSulsel)
Makassar -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat 454 kasus positif Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) dari Januari hingga Juni 2025. Mayoritas kasus ditemukan pada lelaki seks lelaki (LSL).

"Kalau kita melihat dari kondisi, terjadi kenaikan. Utamanya dengan lelaki suka lelaki. Rata-rata itu," ujar Kepala Dinkes Makassar dr Nursaidah Sirajuddin kepada wartawan di Balai Kota Makassar, Rabu (17/9/2025).

Data Dinkes mencatat tren kasus HIV/AIDS di Makassar fluktuatif. Tahun 2023 ada 1.015 kasus positif dari 57.690 orang yang di-tracing, sementara tahun 2024 ada 925 kasus dari 48.139 yang di-tracing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepanjang 2025 periode Januari-Juni, tercatat 454 kasus positif dari 23.311 orang yang di-tracing. Nursaidah mengatakan sebaran kasus sudah ada di beberapa kecamatan di Makassar.

"Beberapa kecamatan sudah ada penderita," katanya.

ADVERTISEMENT

Nursaidah menjelaskan penjangkauan kasus baru banyak terbantu dukungan NGO, salah satunya AIDS Healthcare Foundation (AHF) yang mendanai layanan HIV di tiga puskesmas di Makassar. Menurutnya, pasien HIV membutuhkan privasi khusus sehingga tidak bisa disamakan dengan pasien umum.

"Inilah tujuan tadi NGO yang membantu kita untuk penjangkauan. Karena biasanya yang baru terkena penyakit ini tidak melaporkan," tuturnya.

Nursaidah menyebut AHF melakukan pembiayaan langsung ke puskesmas, termasuk kebutuhan obat-obatan. Puskesmas Ujung Pandang Baru tercatat melayani sekitar 600 pasien, disusul Kassi-Kassi dan Jongaya dengan masing-masing 500-an pasien.

"Support-nya itu adalah berupa pembiayaan yang langsung ke puskesmas, di mana pembiayaannya itu adalah kebutuhan-kebutuhan yang akan diberikan pada penderita HIV terkait dengan obat-obatannya, dengan BHP-nya (bahan habis pakai), dan lain sebagainya," terangnya.




(hsr/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads