Kenangan Pahit Amarah UMI Makassar dan Penolakan UU TNI

Tim detikSulsel - detikSulsel
Jumat, 25 Apr 2025 08:30 WIB
Mahasiswa memperingati 29 tahun Amarah UMI Makassar. Foto: (Fatmawati Hamzading/detikSulsel)
Makassar -

Tragedi April Makassar Berdarah (Amarah) Universitas Muslim Indonesia (UMI) pada 29 tahun silam menyimpan kenangan pahit bagi generasi baru mahasiswa UMI. Kenangan akan tindakan represif militer masih sangat membekas di benak mereka.

Sejarah kelam itu diperingati setiap 24 April. Insiden yang terjadi di kampus UMI pada 1996 ini menyebabkan korban luka-luka hingga tewas saat mahasiswa mengkritik kebijakan pemerintah terkait kenaikan tarif angkutan umum.

Mahasiswa dari berbagai elemen di UMI memperingati tragedi itu dengan turun ke jalan, Kamis (24/4/2025). Mahasiswa mengaku merasakan luka dan kemarahan atas tragedi kelam itu.


"Pertama-tama saya mau bilang, saya berdiri di sini bukan karena saya paling paham. Tapi karena saya ikut rasa. Saya ikut luka. Saya ikut marah," kata salah seorang orator saat berorasi di depan kampus UMI, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar.

Aksi ini ditegaskannya bukan sekadar teriakan semata. Namun ini adalah bentuk pengingat bahwa cucuran darah para korban Amarah tidak akan bisa dilupakan.

"Hari ini kita berdiri di depan kampus, bukan cuma mau teriak. Tapi mau bilang bahwa darah mahasiswa itu bukan air, darah yang tumpah itu. Bukan hal kecil yang bisa dilupakan," tegasnya.

"Kawan-kawan kita, senior kita sudah tiada. Dan sampai sekarang pelurunya tidak pernah tahu siapa yang tembak. Pemerintah diam, kampus juga diam," lanjutnya.

Aksi mahasiswa memperingati 29 tahun tragedi Amarah UMI Makassar. Foto: (Fatmawati Hamzading/detikSulsel)

Dia lantas menegaskan mahasiswa saat ini juga tidak boleh ikut diam. Sebab, kata dia, kondisi yang terjadi pada 1996 silam itu bisa saja terjadi kepada mereka.

"Tapi kita tidak boleh diam, karena kalau kita diam besok bisa kita yang kena. Jangan mi tunggu jadi aktivis senior baru berani bicara. Mahasiswa itu bukan soal umur atau angkatan, tapi soal siapa yang berani lawan ketidakadilan," tegasnya lagi.

Dia juga berharap tragedi Amarah ini terus disuarakan. Dia tidak ingin kejadian itu justru hanya menjadi catatan sejarah yang sunyi.

"Jadi, teman-temanku sekalian mari kita terus suarakan ini. Terus jaga bara perlawanan. Jangan biarkan April Makassar Berdarah jadi catatan sejarah yang sunyi," pungkasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...




(asm/hsr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork