Banjir yang kerap melanda permukiman warga di Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah dianggap biasa bagi Nurayani (50). Dia mengaku sudah beberapa kali merasakan banjir hingga yang terparah pada 2018 dan 2024 lalu.
"Banjir di sini sudah ada sejak awal 2000-an, tapi yang paling parah itu tahun 2018 dan 2024. Kalau di luar rumah airnya bisa sampai di atas kepala, sementara di dalam rumah hampir dua meter, satu jengkal di atas pintu," ujar Nurayani saat ditemui di lokasi pengungsian, Selasa (11/2/2025).
Meski banjir datang berulang kali, Nurayani mengaku tidak berniat pindah. Ia sudah merasa nyaman dengan lingkungan sekitar, meskipun risiko banjir selalu mengancam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kayaknya tidak ada (rencana pindah), karena kita sudah terlanjur nyaman dengan banjir dan juga lingkungan di sini," katanya.
Saat ditanya tentang harapannya terkait penanganan banjir, Nurayani hanya menekankan perlunya fasilitas pengungsian yang lebih layak. Dia juga berharap distribusi bantuan yang lebih tertata ketika banjir tiba.
"Saya berharap ada tempat mengungsi selain masjid. Bantuan juga sebaiknya langsung diberikan ke warga, bukan hanya di-drop di masjid, karena kita tidak tahu ke depannya bagaimana," tuturnya.
Sementara terkait solusi jangka panjang untuk banjir Nurayani mengaku pesimis. Menurutnya, kondisi Perumnas Antang yang sudah dikelilingi banjir membuat upaya pencegahan semakin sulit.
"Kalau soal solusi banjir ya itu takdir Tuhan. Kita sudah tidak bisa ke mana-mana. Kalaupun ada waduk, saya rasa itu bukan solusi karena air sulit keluar," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, dalam Laporan Situasi Dampak Bencana Hidrometeorologi Kota Makassar, Selasa (11/2), total ada 179 orang dari 56 kepala keluarga (KK) yang kini mengungsi per pukul 12.00 Wita. Mereka mengungsi di 5 titik pengungsian.
Di Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, warga mengungsi di 3 titik pengungsian. Masing-masing 90 orang dari 27 KK di Masjid Jabal Nur, 30 orang dari 12 KK di Masjid Makkah Al Mukarramah, dan 29 orang dari 8 KK di Masjid Al Muttaqin.
Sementara di Kelurahan Katimbang, Kecamatan Biringkanaya, saat ini terdapat 2 titik pengungsian. Masing-masing 26 orang dari 8 KK di Masjid Ikhlas dan 4 orang dari 1 KK di Masjid Grand Rahmani.
(asm/hsr)