Tantangan Evakuasi Warga Saat Makassar Status Tanggap Darurat Banjir

Tantangan Evakuasi Warga Saat Makassar Status Tanggap Darurat Banjir

Tim detikSulsel - detikSulsel
Selasa, 24 Des 2024 06:05 WIB
Evakuasi warga terdampak banjir di Makassar.
Foto: Evakuasi warga terdampak banjir di Makassar. (dok. Istimewa)
Makassar -

Sejumlah warga dilaporkan ogah dievakuasi ke lokasi pengungsian di tengah status tanggap darurat banjir di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kondisi ini menjadi tantangan bagi Pemkot Makassar dalam penanganan dan penanggulangan bencana banjir.

Diketahui, Pemkot Makassar menetapkan status tanggap darurat bencana banjir terhitung sejak 18-27 Desember 2024. Kebijakan ini diberlakukan imbas cuaca ekstrem dan meningkatnya jumlah pengungsi korban banjir.

Kepala Pelaksana BPBD Makassar Achmad Hendra Hakamuddin mengakui sejumlah warga masih memilih bertahan di rumah masing-masing. Keputusan itu diambil warga meski mobilitasnya terisolir karena rumah dan akses jalan terendam banjir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tantangannya adalah warga yang masih bertahan di rumahnya dengan alasan bermacam-macam," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Makassar Achmad Hendra Hakamuddin kepada detikSulsel, Senin (23/12/2024).

Hendra menganggap warga yang ogah dievakuasi khawatir meninggalkan rumahnya. Mereka mempertimbangkan faktor keamanan ketika rumahnya ditinggal saat banjir.

ADVERTISEMENT

"Salah satunya dengan alasan keamanan (sehingga warga ogah mengungsi). Ini adalah salah satu upaya kita bagaimana memahamkan masyarakat kalau ditinggalkan rumahnya itu aman ji," tuturnya.

Dia berharap warga mempertimbangkan faktor keselamatannya saat banjir menerjang. Hendra memastikan TNI dan Polri juga sudah turun untuk melakukan pengamanan.

"Tadi malam sekitar pukul 9-10 Brimob itu sudah memonitor lokasi-lokasi banjir di rumah yang ditinggalkan warga dengan menggunakan armada (perahu karet) BPBD," tambah Hendra.

Data Tim Kaji Cepat BPBD Makassar hingga pukul 20.00 Wita pada Senin (23/12), sebanyak 2.569 warga dari 686 kepala keluarga (KK) di 4 kecamatan mengungsi. Pengungsi banjir berasal dari empat kecamatan, yakni Manggala, Biringkanaya, Panakkukang, dan Tamalanrea.

Salah satu wilayah terdampak banjir adalah Manggala setelah 1.191 warga dari 318 KK dievakuasi di 15 titik pengungsian. Sementara di Biringkanaya, ada 1.038 warga dari 282 KK yang mengungsi di 14 titik.

Di Kecamatan Tamalanrea dilaporkan 242 warga dari 58 KK mengungsi di 2 titik. Sementara di Panakkukang, ada 98 jiwa dari 28 KK yang tersebar di 4 titik pengungsian.

"Tanggal 15 (Desember) kemarin kan hujan ekstrem di Makassar sehingga dalam kurun beberapa hari sudah ada pengungsi. Sejak itu karena eskalasi meningkat, cuaca maupun keadaan masyarakat yang sudah mengungsi, kami menaikkan status menjadi tanggap darurat," paparnya.

"Jadi ada tingkatannya, sebelumnya siaga darurat kemudian pada waktu 18 (Desember) itu ditingkatkan menjadi tanggap darurat, kita itu sampai tanggal 27 (Desember). Kalau kondisi cuaca semisal membaik, kita cabut (status tanggap darurat)," tambah Hendra.

Status tanggap darurat banjir di Makassar memungkinkan percepatan penanggulangan bencana dilakukan secara maksimal. Hal ini dikarenakan semua unsur elemen sudah terlibat untuk melakukan penanganan.

"Status tanggap itu konsekuensinya adalah seluruh elemen di daerah tersebut, TNI, Polri baik itu swasta sudah wajib untuk terjun dalam penanggulangan bencana," tegasnya.

Akses biaya tidak terduga (BTT) untuk operasi penanggulangan banjir juga terbuka. Namun Hendra mengatakan nominal anggaran operasional penanganan bencana yang bersumber dari BTT masih dikaji lebih lanjut.

"Itu (BTT) sedang kami bicarakan. Ini barusan kami bicara meeting dengan pak kepala BPKA (Badan Pengelola Keuangan dan Aset) dan Pak wali. Mungkin kita akan ajukan beberapa item, tapi bukan BPBD sendiri, termasuk Dinsos juga," tambah Hendra.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Waspada Ancaman Cuaca Ekstrem

Sementara itu, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto mengimbau warga terdampak banjir mau dievakuasi ke lokasi pengungsian. Hal ini untuk memudahkan pengawasan dan penanganan korban banjir.

"Tadi saya ketemu orang-orang yang butuh pertolongan di rumah-rumah. Ini yang mesti hati-hati karena banyak orang tidak mengungsi, padahal protap kita membantu itu di pengungsian," ucap Danny usai meninjau banjir di Kecamatan Manggala pada Minggu (22/12).

Danny menganggap warga yang masih bertahan di rumah berisiko terhadap keselamatannya. Meski begitu, Danny tetap menurunkan personel termasuk tim medis di rumah warga terdampak banjir.

"Walaupun seperti itu, saya kirim dokter tadi di beberapa rumah yang mereka tidak mau mengungsi. Karena kalau tidak mau mengungsi, risikonya kita tidak pernah tahu," tuturnya.

Danny menyebut Makassar masih dalam ancaman cuaca ekstrem. Dia mengingatkan warga akan potensi terburuk apalagi banjir yang terjadi saat ini dinilai cukup parah.

"Sekali lagi kita harus mengantisipasi kemungkinan yang lebih buruk lagi dari ini. Sekarang di dunia tidak bertanya lagi kenapa banjir, karena orang sudah tahu banjir itu karena cuaca ekstrem," tegasnya.

Danny memastikan penyaluran logistik dan kebutuhan warga terdampak banjir terpenuhi. Dia turut mengingatkan warga untuk saling menjaga terutama mengawasi aktivitas anak-anak di tengah bencana banjir.

"Pertama jagai anak ta'. Anak mesti dijaga, sudah 3 anak-anak meninggal sekarang karena tidak dijaga, anak-anak masuk selokan, anak kena setrum, yang kedua jaga listrik di rumah. Jadi anak-anak dan orang tua ya," imbuhnya.

"Yang ketiga (jaga) dokumen-dokumennya kita, yang keempat banyak di rumah. Kalau cuaca memburuk anak-anak tidak perlu sekolah, nanti diputuskan belajar di rumah saja," jelas Danny.


Hide Ads