Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar turun tangan mengusut kasus oknum mahasiswa Fakultas Hukum (FH) diduga melakukan pelecehan dan pengancaman santet terhadap seorang wanita melalui media sosial. UMI menegaskan akan bertindak tegas jika mahasiswa tersebut terbukti melakukan pelanggaran.
"Tentunya kalau memang betul itu terindikasi adalah mahasiswa kita akan panggil dan kita mintai konfirmasi," ujar Wakil Rektor III UMI Nur Fadhilah kepada detikSulsel, Rabu (4/12/2024).
Menurut Fadhilah, UMI memiliki aturan akademik yang mengatur sanksi bagi mahasiswa. Menurutnya, sanksi tersebut dapat berupa hukuman ringan hingga berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena itu pelanggaran, baik pelanggaran moral atau akademik itu ada. Sanksinya pasti ada," katanya.
Lebih lanjut Fadhilah mengungkapkan bahwa dirinya telah meminta pihak fakultas untuk mencari dan memanggil mahasiswa bersangkutan untuk dimintai klarifikasi. Di sisi lain, Fadhilah mengimbau korban untuk melaporkan kasus ini ke pihak berwenang jika merasa dilecehkan atau diancam.
"Kalau (korban) keberatan sebenarnya ada tempat pengaduan. Mengadu saja kalau merasa dilecehkan atau ada pengancaman, itu sudah tindak pidana. Kita juga harus lihat bagaimana kebenarannya," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang wanita berinisial SLV (23) di Makassar mengaku menjadi korban pelecehan verbal yang dilakukan oknum mahasiswa salah satu perguruan tinggi yang tidak dikenalnya. Tak hanya pelecehan, SLV juga mengaku diancam santet.
"Itu pelaku (mahasiswa) sudah lama sering DM (direct message) saya. Saya lupa juga sejak bulan berapa. Dia bertanya, 'Butuh uang?'. Begitu-begitu pertanyaannya. Yang konotasinya itu kurang baik kesannya," ujar SLV kepada detikSulsel, Selasa (3/12).
Menurut dia, pesan-pesan bernada tidak pantas itu berlanjut ke telepon-telepon yang makin mengancam. Pelaku bahkan sempat mengancam akan menyantetnya.
"Makanya saya tanyakan apa maksudnya DM begitu. Terlebih lagi saya tidak kenal sama ini pelaku. Dia akhirnya tidak terima, tidak terima dengan respons saya. Sampai balasannya, 'Kenapa kah? Tidak terima ko?'. Begitu katanya," katanya.
"Terus, dia telepon-telepon saya. Kebanyakan itu kata-katanya yang mengancam, yang mau dia doti (santet) saya katanya. Ini pelaku yang enggan sekali menjawab. Dia cuma bilang, 'Awas nah. Pokoknya kau tunggu saja'. Pokoknya sembarang dia bilang-lah. Banyak kata-kata sumpah serapah yang dia lontarkan ke saya," lanjutnya.
(hmw/hsr)