Dugaan Kelalaian RSK Dadi Makassar Berujung ODGJ Tewas Dicekik Sesama Pasien

Dugaan Kelalaian RSK Dadi Makassar Berujung ODGJ Tewas Dicekik Sesama Pasien

Andi Sitti Nurfaisah - detikSulsel
Selasa, 22 Okt 2024 05:45 WIB
Ilustrasi jenazah
Foto: Thinkstock
Makassar - Pasien ODGJ Rumah Sakit Khusus (RSK) Dadi, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Syahrullah (40) ditemukan tewas dengan luka fatal pada bagian lehernya. Polisi mengungkap dugaan kelalaian di balik tewasnya korban.

Keluarga membawa Syahrullah ke RSK Dadi pada Jumat (18/10) siang. Korban meninggal dunia kurang dari 24 jam sejak korban tiba di rumah sakit.

"Perkiraan meninggalnya antara jam 7 sampai 9 malam," kata Kasat Reskrim Polrestabes Makassar Kompol Devi Sujana kepada detikSulsel, Senin (21/10/2024).

Korban disebut sempat mengamuk hingga dua perawat bernama Nurdiansyah dan Nasrudiin turun tangan menanganinya. Namun rupanya kedua perawat itu kewalahan dan meminta bantuan kepada 4 pasien lain untuk memegang korban.

"Ada yang pegang tangannya dan satu lagi ngikat lehernya (korban)," katanya.

Devi menyinggung keputusan perawat meminta tolong kepada pasien lain tidak dapat dibenarkan. Pasalnya, pasien tersebut juga ODGJ.

"Itu kan pasiennya orang gila (menderita gangguan jiwa) semua," tambahnya.

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, ditemukan luka pada leher korban. Luka tersebut disinyalir menjadi penyebab kematian korban.

"Patah di tulang lehernya itu penyebab kematiannya, nadinya pecah, saraf dan napas," tambah Devi.

Kedua perawat tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka. Keduanya dijerat Pasal 359 dan Pasal 361 KUHP dengan ancaman penjara paling lama masing-masing 6 tahun.

Keluarga Tuntut Tanggung Jawab Rumah Sakit

Keluarga korban bernama Aswanto (24) mengungkapkan ada beberapa kejanggalan di balik meninggalnya korban. Dia pun menuntut pihak rumah sakit turut diproses aparat kepolisian.

Aswanto mengatakan dirinya mendapat kabar pamannya telah meninggal dunia. Namun, kabar itu justru dia dapatkan dari keluarga di kampung pada pukul 22.00 Wita, bukan dari pihak RSK Dadi.

"Saya dapat kabarnya dari keluarga di kampung, bukan dari pihak rumah sakit. Di situ saya permasalahkan juga, andaikan ada permasalahan di rumah sakit Dadi atau terkait meninggalnya paman saya pasti ada dari pihak rumah sakit yang hubungi saya karena jelas-jelas saya yang dari mengantar terus dokter ambil nomor HP saya beserta nomor orang tua korban," ujar Aswanto kepada detikSulsel.

Dia pun menaruh curiga terhadap pihak rumah sakit yang tidak segera menghubunginya terkait kabar meninggalnya korban. Setelah mendapat kabar tersebut, Aswanto bergegas dan tiba di RS Dadi pada pukul 23.00 Wita.

"Timbul lagi terjanggal di hati saya, saya minta antarkan ke ruang jenazah mau lihat jenazah om saya. Di situ (korban) tertutup selimut dan sarung, langsung saya buka bagian muka. Saya lihat di atas alis itu luka sobek masih mengalir darah, di bawah pelipis mata juga luka sobek dan di leher luka jeratan tali," jelasnya.

Melihat kondisi korban seperti itu, Aswanto curiga jika pamannya yang dipukul atau bahkan dikeroyok. Dia kembali mempertanyakan hingga salah satu petugas mengaku bahwa dirinya mengikat korban pada tangan dan kakinya, sedangkan bekas jeratan di leher itu atas perbuatan korban sendiri.

"Dari keadaan jenazah paman saya, ini bukan dia yang memukul malahan dia yang dipukul. Saya curiga (korban dikeroyok). Saya pertanyakan kembali, kenapa bisa ada bekas tali di leher sedangkan tangan dan kaki diikat, kata petugasnya 'dia sendiri yang mau ikat lehernya'," tambahnya.

Aswanto merasa janggal dengan penjelasan petugas tersebut. Dia kemudian meminta untuk mengecek CCTV, namun pihak rumah sakit mengatakan CCTV tersebut tidak berfungsi. Dia merasa pihak rumah sakit menutup-nutupi penyebab kematian korban.

"Waktu itu saya pertanyakan masalah CCTV, saya suruh cek, pihak rumah sakit mengatakan ini CCTV tidak bagus terakhir perekaman bulan 2," ucapnya.


(hmw/hsr)

Hide Ads