Wanita muda asal Majalengka, Jawa Barat (Jabar), N (24) menjadi korban penyekapan di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Korban diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
"Iya, ada memang itu kemarin (kasus penyekapan dan dugaan perdagangan orang)," kata Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Makassar, Muslimin Hasbullah kepada detikSulsel, Sabtu (14/9/2024).
Kasus ini terungkap setelah korban N berhasil melarikan diri dari tempat penyekapan di Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Selasa (10/9) lalu. Korban kemudian diarahkan oleh warga setempat ke Polsek Manggala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin itu ditemukan warga karena dia (korban) melompat dari lantai 2 di tempat penyekapan, karena ditemukan warga akhirnya ribut, lalu dibawa lah pergi di Polsek setempat, akhirnya Polsek setempat turun di Manggala, abis itu dari Manggala dirujuk diteruskan ke PPA Polrestabes," ujar Muslimin.
Muslimin menjelaskan korban tiba di Makassar pada Sabtu (7/9) bersama 3 temannya. Dia mengaku ditawari pekerjaan di salah satu tempat karaoke di Makassar.
"Dengan iming-iming bekerja di Makassar, di salah satu tempat hiburan malam, tempat karaoke, jadi pelayan apa begitu," ujarnya.
"Ternyata sampai di Makassar itu selama 3 hari di sini disekap itu tidak boleh keluar, namanya disekap dalam satu kamar dalam satu rumah," lanjutnya.
Dia mengatakan selama disekap, korban mengalami kekerasan berupa ditendang, dipukul, juga diinjak oleh teman-temannya. Setelah mengetahui dirinya akan dikirim ke Dobo, Maluku, akhirnya dia melarikan diri dengan lompat dari lantai 2.
"(Selama) Disekap itu katanya dia disiksa juga ditendang, dipukuli, diinjak sama temannya, malah dikatain gila, menurut dia ya," ujar Muslimin.
"Selama disekap itu tidak ada kejelasan kerja, ternyata selama disekap itu menunggu kerja karena menunggu perjalanan lanjut ke Dobo, daerah Maluku," katanya.
Muslimin menuturkan setelah membuat laporan polisi, pihaknya mengantar korban ke rumah aman untuk menetap sementara. Pihaknya juga melakukan pendampingan kepada korban.
"Kita lakukan pendampingan, karena anaknya ini sudah penuh pikirannya, nangis terus, sudah mau pulang, dia trauma dengan kejadian itu," ucapnya.
Lebih lanjut, Muslimin berkoordinasi dengan organisasi Kerukunan Keluarga Sunda untuk mengantarkan korban pulang ke daerahnya. Dia mengaku pihaknya ikut mengantar korban ke Pelabuhan pada Jumat (13/9) sekitar pukul 02.00 Wita.
"Akhirnya yang fasilitasi ini kerukunan keluarga Sunda. Kami sempat mengantar bersama kerukunan keluarga Sunda ke Pelabuhan," ucapnya.
(hmw/hmw)