Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Sulselbara mengingatkan para pasangan calon (paslon) untuk tidak berkampanye di Gereja menjelang Pilkada serentak 2024 di Sulawesi Selatan. Mereka menyebut itu bagian dari politik praktis.
"Agama tidak boleh menjadi sarana untuk memenangkan seseorang, untuk berkampanye, karena itu kita menjaga stabilitas supaya Gereja itu tidak menjadi tempat atau sarana untuk melaksanakan kampanye-kampanye dalam rangka politik praktis," kata Sekretaris PGI Wilayah Sulselbara Yohanis Metris kepada detikSulsel, Sabtu (31/8/2024).
Metris menjelaskan politik praktis yang dimaksud salah satunya ialah menggunakan tempat ibadah untuk mencari suara. Dia mengingatkan tidak sepantasnya agama dijadikan sebagai kendaraan politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Politik prakits yang biasanya kita maksudkan adalah keterlibatan secara langsung dalam berkampanye misalnya, keterlibatan-keterlibatan itu menggunakan sarana ruang-ruang ibadah, tempat-tempat beribadah, menjadikan tempat itu sebagai tempat bagi orang-orang atau calon tertentu untuk berkampanye," ujarnya.
Menurutnya, pihaknya bertanggung jawab untuk memahamkan warga Gereja khususnya. Pihaknya memiliki tugas untuk menyadarkan akan pentingnya politik damai.
"Tugas kita kami sebagai Lembaga Gereja apalagi sebagai Pendeta, tugas kami itu adalah dalam rangka mencerdaskan warga jemaat, warga Gereja tentang penyadaran akan pentingnya politik secara damai," ucapnya.
Metris menyampaikan salah satu upaya yang telah dilakukan yaitu dengan mengadakan seminar terkait budaya damai menghadapi Pilkada 2024. Seminar itu dihadiri oleh pimpinan-pimpinan Gereja se-Sulselbara, yang nantinya akan diedukasi ke warga Gereja masing-masing.
"Salah satu yang sudah kami lakukan adalah kami sudah pernah mengumpulkan pimpinan-pimpinan Gereja yang ada di Sulawesi Selatan, Barat dan Tenggara untuk melaksanakan seminar tentang budaya damai menghadapi Pilkada 2024," katanya.
"Jadi itu dihadiri oleh setiap pimpinan Gereja, lalu kemudian diharapkan bahwa pimpinan-pimpinan Gereja yang hadir saat itu juga akan menyampaikan dan mengedukasi warga Gerejanya masing-masing," lanjutnya.
Selain itu, dalam menghadapi tahun politik pihaknya juga memberikan seruan-seruan kepada Gereja. Seruan itu berbentuk dalam surat pastoral yang dibacakan dalam setiap kegiatan ibadah.
"(Kami juga) membuat seruan-seruan semacam surat pastoral terhadap Gereja-Gereja menghadapi tahun politik. Itu selalu dibacakan dalam setiap ibadah-ibadah supaya betul-betul jadi pengetahuan yang baik untuk warga Gereja," ujarnya.
(hmw/hmw)