"Saya melihat Pilwali Makassar tengah dihantui krisis figur dengan pilihan figur yang minim bagi parpol," ujar Nurmal Idrus kepada detikSulsel, Rabu (24/4/2024).
Eks Ketua KPU Makassar ini menyebut sejumlah figur potensial seperti mantan Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi, Syamsu Rizal dan Ketua DPD Golkar Makassar Munafri Arifuddin (Appi) akan berpikir ulang jika ingin maju di Pilwalkot. Pasalnya mereka menjadi caleg terpilih dan mereka harus mundur dari legislatif.
"Semua figur yang selama ini secara elektoral bagus di Makassar seperti Fatmawati, Rudi Lallo, Dg Ical, Munafri Arifuddin, ragu untuk turun bertarung karena regulasi yang mengharuskan mereka untuk melepaskan posisi di legislatif," jelasnya.
Figur lainnya pun demikian, seperti menantu Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan "Danny' Pomanto, Udin Saputra Malik, Politikus Gerindra Fadel Tauphan, Ketua DPC NasDem Makassar Rachmatika Dewi dan lainnya. Elektoral figur tersebut dinilai belum menyamai Danny dan Ilham Arief Sirajuddin (IAS).
"Semua belum bisa mencapai angka 30 persen seperti era Pak Ilham Arief Sirajuddin dan Danny Pomanto. Jika mereka semua memilih legislatif, maka Pilwali Makassar bakal minim figur potensial," jelasnya.
Menurut Nurmal potensi ini menjadi peluang figur dari luar Makassar seperti kader Gerindra Andi Seto Asapa (ASA) berani meninggalkan Sinjai hingga diwacanakan maju Pilwalkot Makassar. Padahal, kata dia, peluang Seto terpilih kembali di Sinjai lebih besar ketimbang di Makassar.
"Keinginan Seto untuk maju di Pilwali Makassar menurut saya tentu disertai dengan hitungan politis yang matang. Ini juga bukan pilihan yang tak beresiko, karena menurut saya, Seto justru punya peluang yang lebih besar jika kembali ke Sinjai," kata Nurmal.
Meski demikian dia mengakui hitungan peluang politik ASA di Pilwalkot Makassar memang terbuka setelah tak adanya figur yang mendominasi. Bahkan manuver ASA ini dinilai menciptakan wacana Golkar dan Gerindra berpeluang koalisi di Pilwalkot Makassar.
"Maka, adalah sebuah hal yang lumrah jika kemudian ada wacana koalisi Gerindra-Golkar di pencalonan Seto. Itu sangat mungkin karena faktor kedekatan politis sebagai sesama anggota koalisi Prabowo-Gibran dan juga pengaruh mertua Seto, Nurdin Halid di Golkar," jelasnya.
(sar/ata)