Ide takjil barongko bisa menjadi salah satu hidangan yang dapat dinikmati pada waktu berbuka puasa. Barongko merupakan salah satu jenis makanan khas Bugis-Makassar dengan cita rasa yang manis dan juga legit.
Barongko termasuk jenis kue yang banyak dicari pada bulan Ramadan. Selain rasa yang manis, tekstur barongko yang juice dan lembut memberi rasa segar, apalagi jika disajikan dingin. Sehingga cocok sebagai menu pembuka saat berbuka puasa.
Kudapan khas Sulsel ini terbuat dari bahan utama pisang kepok, atau dalam bahasa Bugis disebut 'utti manurung'. Pisang tersebut dicampur dengan santan, gula dan telur, kemudian dihaluskan, dan dibungkus daun pisang dengan bentuk menyerupai segitiga. Olahan barongko kemudian dimasak dengan cara dikukus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah bagi yang ingin kue tradisional Sulsel ini untuk berbuka puasa, berikut resep dan juga cara membuatnya.
Cara Membuat Barongko
Meski cara pembuatannya terbilang mudah namun, untuk membuat barongko dibutuhkan kepiawaian dan juga ketelitian. Agar rasa manis dan juga tekstur barongkonya pas.
Berikut resep barongko yang dapat dicoba sendiri di rumah.
Bahan:
- 8-10 buah pisang kepok yang telah matang
- 50 gram gula pasir
- 5 sdm susu kental manis
- 3 butir telur ayam
- 200 ml santan kental
- 1/2 sdt garam
- 2 lembar daun pandan, potong-potong
- Daun pisang 20x20 cm
Cara membuat barongko:
- Haluskan pisang kepok
- Kemudian campurkan adonan pisang halus engan gula pasir, susu kental manis, telur dan santan serta garam. Aduk hingga tercampur rata.
- Ambil 2 lembar daun pisang, taruh 1 potong pandan di tengahnya.
- Masukkan adonan pisang lalu bungkus menyerupai bentuk prisma segitiga. Jika sudah selasai sematkan dengan lidi.
- Terakhir, kukus di dalam panci selama kurang lebih 30 menit hingga matang.
Setelah itu, angkat dan hidangkan. Kue barongko lebih enak disajikan dalam kondisi dingin.
Barongko tidak hanya memiliki rasa yang nikmat untuk disantap. Tetapi kudapan ini juga memiliki sejarah yang panjang serta nilai filosofi di dalamnya. Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Asal-Usul Barongko
Melansir laman website Indonesia.go.id (Portal Informasi Indonesia), disebutkan bahwa barongko dulunya adalah makanan yang istimewa. Kue ini hanya disajikan bagi kaum bangsawan dari kerajaan-kerajaan Bugis.
Barongko biasanya disajikan pada waktu-waktu tertentu seperti pesta pernikahan, aqiqah, bulan Ramadhan, dan upacara adat lainnya. Oleh raja-raja bugis, kue barongko biasanya dijadikan sebagai hidangan penutup.
Namun seiring perkembangan waktu, kue barongko menjadi kian populer di kalangan masyarakat Bugis. Masyarakat pun bisa membuat dan menikmati hidangan ini kapan pun mereka mau.
Meski begitu, pembuatan barongko tetap diutamakan dan tidak bisa sembarangan. Orang-orang yang membuat barongko haruslah mereka yang sudah berpengalaman demi menjaga cita rasa barongko yang khas.
Makna Filosofis Barongko
Bagi masyarakat Bugis-Makassar, kue barongko memiliki makna filosofis yang tinggi. Karena itu, barangko selalu dijadikan salah satu hidangan utama di setiap acara untuk menjamu tamu-tamu kehormatan.
Kue barongko yang terbuat dari pisang, kemudian dibungkus juga menggunakan daun pisang adalah perlambang dari nilai budaya dan prinsip hidup yang agung.
Melansir laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, kata Barongko adalah singkatan dari "barangku mua udoko". Artinya, barangku sendiri yang kubungkus.
Ini melambangkan nilai "siri" (harga diri) yang tinggi bagi masyarakat Bugis-Makassar. Jadi membungkus dan menjaga harga diri merupakan aplikasi dari budaya "siri" untuk menjaga harkat dan martabat.
Selain itu, bahan pisang yang dibungkus dengan daun pisang juga melambangkan makna kejujuran, yakni apa yang tampak dari luar sama dengan yang ada di dalam. Ini melambangkan antara hati, pikiran dan tindakan haruslah selaras.
Sementara dalam hubungan perkawinan atau rumah tangga, hal ini juga menjadi landasan awal untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Kedua mempelai akan harmonis, jika keduanya memiliki hati dan perilaku yang sama baiknya.
(alk/alk)