Kelompok kriminal bersenjata (KKB) membunuh tukang ojek bernama Syafaruddin di Puncak Jaya, Papua Tengah. Aksi keji itu menyisakan duka mendalam bagi istri dan keluarga korban di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Syafaruddin dibunuh oleh anggota KKB di kawasan pegunungan Distrik Wanwi, Puncak Jaya, Sabtu (12/7). Polisi menduga pelaku pembunuhan merupakan KKB pimpinan Lekagak Telenggen.
"Korban dinyatakan meninggal dunia," kata Kepala Operasi Damai Cartenz Brigjen Faizal Ramadhani kepada wartawan, Sabtu (12/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faizal mengatakan jenazah korban dibuang ke dalam jurang 500 meter. Korban sendiri masih sempat terlihat terakhir kali pada Jumat (11/7) lalu ditemukan pada keesokan harinya dalam kondisi meninggal dunia.
"Korban diduga kuat korban penganiayaan menggunakan senjata tajam. Karena di bagian kepala dan kaki ditemukan adanya luka. Korban diketahui setelah dibunuh jasadnya dibuang ke dalam jurang," ungkap Faizal.
"Jenazah korban tiba di RSUD Mulia untuk dilakukan pemeriksaan medis, dan selanjutnya akan dipulangkan ke kampung halaman di Makassar," bebernya.
Faizal menambahkan peristiwa ini kembali menunjukkan pentingnya keberadaan aparat di daerah rawan seperti Puncak Jaya.
"Kami akan terus bekerja keras untuk menindak tegas pelaku dan mencegah kejadian serupa," katanya.
Keluarga Histeris Sambut Jenazah Korban
Jenazah korban Syafaruddin sendiri telah tiba di rumah duka, Jalan Poros Pallangga, Kelurahan Tetebatu, Kecamatan Pallangga, Gowa, Senin (14/7) sekitar pukul 13.00 Wita. Suara tangisan keluarga seketika pecah saat jenazah mulai diturunkan dari ambulans.
Istri korban, Andi Nurul Inzana mengisahkan kepedihan saat mendapat kabar sang suami. Dia menyebut suami itu sempat hilang sebelum akhirnya ditemukan tidak bernyawa di dasar jurang dalam kondisi mengenaskan.
Andi Nurul mengatakan menerima telepon dari adik iparnya bahwa suaminya tidak pulang pada Jumat (11/7) pukul 05.30 Wita. Dia kemudian mencoba menelepon kerabat yang ada di sana, namun terkendala jaringan.
"Itu Daeng Tojeng coba kita telepon biasa dulu karena tidak ada jaringan. Nda lama begitu mungkin lowbet HP-nya atau bagaimana iyakan. Tidak ada mi kabar sampainya subuh," kata Andi Nurul saat ditemui wartawan, Senin (14/7).
Nurul mengaku mulai cemas saat sang suami tidak kunjung pulang hingga malam hari. Padahal biasanya almarhum selalu tiba di rumah paling lambat pukul 17.00 Wita.
"Tapi sudah magrib tidak ada pulang-pulang sampainya jam 1 malam ditunggu tidak ada. Akhirnya tunggu besok pagi pergi melapor di Polsek setempat. Sampai jam 11 baru kita dapat kabar (meninggalnya)," tuturnya.
![]() |
Hati Nurul semakin hancur setelah mendapat kabar kondisi jenazah suaminya. Dia mendapat laporan dari keluarganya di Papua bahwa tubuh suaminya penuh luka mengenaskan akibat senjata tajam dan proyektil.
"Menurut autopsi di sana, ada luka bacok di leher, samping bawah dada lutut dua-dua sama kaki sebelah kiri. Ada juga katanya luka bekas luka tembakan di kepala sama busur di dada dua," jelasnya.
Menurut Nurul, sang suami sudah bekerja di Papua selama kurang lebih tiga tahun sebagai tukang ojek. Meski jauh dari keluarga, almarhum tetap rutin pulang kampung setiap ada kesempatan.
"Dia sempat pulang bulan 12 (Desember tahun 2024) lalu kembali lagi ke Papua tanggal 15 Januari," kata Nurul.
"Dia biasanya berangkat kerja jam 6 pagi. Nanti pulang makan siang jam 1 atau jam 2, lalu lanjut kerja lagi sampai jam 5 sore," tambahnya.
Di mata Nurul, almarhum adalah sosok suami yang bertanggung jawab dan penuh cinta kepada keluarganya. Meskipun dikenal memiliki karakter dingin, namun kasih sayangnya begitu terasa.
"Alhamdulillah saya dipertemukan sama suami saya itu orangnya baik sekali. Walaupun dia karakternya dingin tapi dia sayang sama keluarganya, dia selalu berusaha kasih senang istrinya, kasih senang anaknya. Dia selalu mau berusaha penuhi semua keinginan keluarga. Sosoknya itu dia selalu mau membahagiakan keluarga," kenangnya sambil menahan tangis.
Kepergian almarhum meninggalkan duka mendalam, terutama bagi keempat anaknya yang masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang ayah. Anak tertuanya kini duduk di bangku kelas tiga SMA, sementara anak bungsu bahkan belum menginjak usia sekolah.
"Yang pertama itu perempuan kelas tiga SMA yang kedua laki-laki kelas 2 SMP yang ketiga itu kelas 3 SD dan terakhir itu umur 4 tahun belum sekolah itu," ungkapnya.
(hmw/hsr)